Selasa, 07 Juni 2011 | By: Sonie Adhetya (Hafizh An-Nafii'u)

To be better and better

Perubahan tak dapat dihindarkan. Selama manusia berfikir, mereka akan menemukan sesuatu yang baru. Satu penemuan baru akan mempengaruhi kondisi hidup yang lainnya. Sebagai contoh ialah penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi informasi, membawa dampak ke berbagai bidang. Perkembangan teknologi informasi ini menyebabkan perubahanmelaju pada suatu kecepatan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Mari kita lihat berbagai komentar para ahli tentang bagaimana kita menyikapi perubahan.
Pekerjaan Anda adalah lebih menjadi seorang ahli perubahan daripada seorang korban
perubahan.
Brian Tracy
Pasar hanya membayar penghargaan-penghargaan unggul untuk prestasi yang unggul,
produk-produk unggul atau jasa unggul.
Mengidentifikasikan dan mengembangkan bidang keunggulan Anda adalah tugas pertama
manajemen.
Brian Tracy
Anda lihat, Brian Tracy (penulis dan ahli riset kesuksesan) begitu menekankan pada perubahan dan keunggulan sebagai modal keberhasilan kita. Kita harus menjadi ahli perubahan bukan korban perubahan, maksudnya kita harus bisa hidup dengan perubahan-perubahan yang ada di sekeliling kita. Jika tidak, kita akan tergilas oleh jaman, kita tidak akan bisa menyesuaikan diri dengan jaman.
Hal yang kedua ialan keunggulan. Salah satu perubahan yang menonjol dalam kehidupan kita ialah bertambahnya manusia secara terus menerus. Tentu saja setiap saat akan muncul manusia-manusia baru yang perlu hidup. Persaingan tidak dapat terelakan. Hanya orang-orang yang memiliki keunggulan atau memiliki produk dan jasa yang unggul yang dapat bersaing.
Dalam mengahadapi perubahan tersebut dan untuk menjadi manusia unggul ada satu jalan yang tidak boleh tidak harus kita lakukan, yaitu selalu memperbaiki diri terus-menerus. Kita harus lebih baik dari orang lain, pengetahuan dan keterampilan kita harus lebih baik agar bisa mengikuti perubahan yang terjadi. Begitu tepat apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya:
“Barang siapa yang hari ini sama saja dengan kemarin, merugilah dia. Jika hari ini lebih buruk dari kemarin, dia celaka.Dan beruntunglah bila hari ini lebih baik dari kemarin.”
(HR Bukhari)

Transaksi dengan allah

Sungguh indah cerita Tsabit dan Sebuah Apel, banyak hikmah yang bisa kita petik dari cerita ini. Akan sangat bermanfaat jika kita bisa mengambil hikmah tersebut dan menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hal yang pertama adalah kejujuran. Saat ini kejujuran begitu sulit ditemui. Kejujuran sudah menjadi barang langka, jangankan untuk mengembalikan atau menghalalkan sepotong apel, uang triliunan rupiah dibawa kabur sambil tidak ada niat untuk mengembalikannya. Atau untuk hal-hal “kecil” seperti menggunakan aset kantor untuk keperluan pribadi, sudahkah kita menghalankannya?
Yang kedua ialah keshalihahan seorang muslimah sejati. Ini juga sudah langkah. Saat ini kita begitu sulitnya menemukan seorang muslimah yang “buta, bisu, tuli, dan lumpuh” dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Mungkin ada, tetapi begitu sulit menemukannya. Mungkin, bagi seorang laki-laki yang menginginkan muslimah seperti ini, setidaknya harus memiliki kejujuran yang dimiliki oleh Tsabit.
Dan yang ketiga ialah dampak dari sebuah transaksi dengan Allah. Tsabit setelah memakan setengah buah apel, terus mencari pemiliknya meskipun harus menempuh perjalanan sehari semalam. Suatu dampak akibat bertransaksi dengan Allah. Kemudian dia sanggup untuk menikahi anak pemilik kebun meskipun dikatakan bahwa putrinya tersebut buta, tuli, bisu, dan lumpuh.
Transaksi dengan Allah akan memberikan motivasi luar biasa kepada kita jika kita menyadari manfaatnya dari transaksi tersebut. yang jelas jika kita bertransaksi dengan Allah, kita tidak akan pernah rugi seperti dijelaskan dalam Al Quran,
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,(QS. Al Fathir:29)
Sudahkah kita melakukan transaksi dengan Allah? Sudah, bahkan sering diulang-ulang agar kita terus ingat, yaitu saat kita mengucapkan 2 kalimah syahadat. Jika kita memahami makna dua kalimah syahadat tersebut, kita akan tahu bahwa 2 kalimah tersebut adalah sebuah transaksi kehidupan kita dengan Allah yang sangat besar, melebihi transaksi kita di depan pengehulu, karena ini merupakan transaksi seluruh kehidupan kita.
Namun sayang, saya melihat banyak diantara umat Islam yang belum memahami makna sebenarnya dan lengkap dari 2 kalimah sahabat, mungkin baru sampai artinya saja, bahkan mungkin ada juga yang belum tahu artinya, dan yang paling parah, masih banyak yang membacanya saja masih salah. Mungkin inilah yang membuat motivasi bangsa ini begitu lemah, jangankan untuk berkontribusi kepada umat sebagai rahmatan lil’alamin, bahkan untuk diri sendirinya saja masih kurang.

Tumaninah dalam shalat

Setelah mendalami konsep pikiran lebih mendalam lagi, saya menemukan berbagai hikmah yang luar biasa dari ibadah-ibadah yang harus kita lakukan. Saya semakin sadar dan bersyukur atas kasih sayang Allah yang diberikan kepada kita melalui perintah melaksanakan berbagai ibadah ritual.
Tentu disini saya tidak akan membahas makna spiritual dalam shalat karena sudah banyak yang lebih ahli dari saya. Namun saya ingin membahas bagaimana peran tumaninah dalam shalat akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan kita. Salah satu hikmah lain dari shalat dengan tumaninah ialah kita akan mendapatkan energi hidup yang lebih besar.
Pantaslah jika Rasulullah saw dan para sahabat seolah memiliki energi yang tidak terbatas dalam berdakwah dan berjuang demi Islam. Kita yakin Rasulullah saw dan para sahabat melakukan shalat dengan tumaninah sehingga memberikan energi positif yang luar biasa pada diri beliau dan para sahabat.
Ketenangan dan jeda dalam melakukan sesuatu adalah salah satu bentuk pelatihan dalam mengontrol pikiran kita. Jika kita melalukan sesuatu dengan penuh ketenangan, maka pikiran akan lebih terkonsentrasi, tindakan kita akan diringi dengan kesadaran tinggi, dan kita bisa mengendalikan pikiran kita.
Pikiran yang tenang dan damai adalah pikiran yang penuh dengan energi yang melimpah karena tidak habis oleh pikiran-pikiran lain. Jika kita damai dan tenang, maka pikiran kita akan terpusat pada pikiran yang kita pilih dan akan menghasilkan energi yang luar biasa.
Seharusnya umat Islam yang selalu melakukan shalat dengan tumaninah setiap hari sudah melakukan latihan motivasi yang luar biasa. Seharusnya umat Islam saat ini adalah umat yang memiliki motivasi tinggi dan menghasilkan pencapaian yang luar biasa dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Namun apa yang kita lihat, ternyata justru sebaliknya. Ini artinya hanya sedikit umat Islam yang menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyu’an dan tumaninah. Semua ini tergambar dari kondisi umat Islam saat ini. Ini juga menjadi bahan muhasabah bagi kita untuk menambah kualitas dan kuantitas ibadah kita.
Sekali lagi, motivasi tinggi hanyalah salah satu hikmah kecil, dibanding hikmah spiritual yang terdapat dalam shalat. Mungkin pemahaman ini adalah salah satu bentuk rahmat Allah untuk memberitahu bahwa kualitas shalat kita belum baik. Mari kita semua untuk senantiasa memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah kita, tentu saja termasuk diri saya yang masih banyak kekurangan. Semoga Allah membantu kita.

Urgensi berfikir

Berpikir adalah pekerjaan kita sehari-hari. Namun sayangnya, kebanyakan manusia hanya menggunakan sedikit sekali potensi berpikir. Padahal berpikir adalah kunci menuju sukses dan kebahagiaan. Bahkan, masih banyak orang yang belum mengerti proses berpikir tersebut. Dalam Al Quran, ada banyak kata yang kita artikan berpikir. Mengapa banyak? Karena memang masing-masing memiliki makna dan proses yang berbeda. Sejauh mana kita mengetahui cara berpikir? Jika caranya saja kita belum mengerti, bagaimana kita bisa melakukannya? Dan, kenapa harus report memikirkan tentang berpikir? Berpikir adalah menghadirkan dua pengetahuan untuk mendapatkan pengetahuan ketiga. Disebut tafakkur karena dalam semua proses itu menggunakan dan menghadirkan pikiran. Namun, berpikir tidak hanya disebut dengan istilah tafakur saja, masih ada istilah lain yang perlu kita fahami masing-masing agar kita mampu berpikir lebih baik dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kita.
Dan, disebut tadzakkur karena menghadirkan ilmu yang harus diingat-ingat setelah terlupa dan hilang.
Disebut nadhar karena melihat dengan mata hati pada hal yang dipikirkan.
Adapun disebut ta’ammul karena mengulang-ulang pikiran sampai terlihat jelas dan terbuka bagi hatinya.
Sementara itu, disebut i’tibar (wazan ifti’al dari kata ‘ubur yang berarti menyeberangi) karena dia menyeberang dari suatu hal ke hal yang lain; dia menyeberang dari hal yang dipikirkannya menuju ke pengetahuan ketiga. Yang disebut dengan pengetahuan ketiga ini adalah tujuan dalam i’tibar itu.
Oleh karenanya, hal itu pun disebut sebagai ‘ibrah. Kata Ibrah mengikuti wazan isim haal seperti kata jalsah, rikbah dan qitlah. Ini untuk menunjukkan bahwa ilmu dan pengetahuan telah menjadi haal (karakter) bagi pemiliknya.
Disebut tadabbur karena merupakan perenungan tentang akibat dan akhir suatu perkara.Jadi, arti mentadaburi suatu kalimat adalah memikirkannya dari bagian awal sampai akhir, kemudian mengulang-ulangi perenungannya. Oleh karena itu, bentuknya mengikuti wazan tafaa’ul, seperti tajarru’, tafahhum, dan tabayyun.
Dan disebut istibshar, wazan istif’al dari kata tabasshur yang berarti jelas dan tersingkapnya sesuatu hal di depan bashirah (mata hati).
Baik tadzakkur maupun tafakkur punya faedah masing-masing. Tadzakkur berarti hati mengulang-ulang apa yang diketahuinya agar tertanam dengan kuat di dalamnya, sehingga tidak terhapus dan pudar dari dalam hati secara keseluruhan. Adapun tafakur berarti memperbanyak ilmu dan mencari apa yang belum ada di hati. Jadi tafakur itu gunanya mencari ilmu dan tadzakkur berguna untuk menjaganya. Jadi, tafakkur dan tadzakkur adalah benih ilmu. Saling bertanya adalah siramannya, dan mudzakarah adalah pembuahannya. Kebaikan dan kebahagiaan itu tersimpan di dalam sebuah gudang, kuncinya adalah tafakkur. Jadi harus ada tafakkur dan ilmu. Apabila dari proses itu kemudian hati memperoleh ilmu, maka setiap orang yang melakukan suatu hal yang baik atau buruk pasti ada satu kondisi di hatinya yang terwarnai oleh ilmunya. Kondisi itu melahirkan iradah (kehendak), dan iradah melahirkan amal.
Sampai di sini ada lima hal:
1. berpikir,
2. buahnya, yaitu ilmu,
3. buah dari keduanya, yaitu keadaan yang terwujud bagi hati,
4. buah yang ditimbulkannya, yaitu iradah, dan
5. buah iradah, yaitu amal.
Dengan demikian, ilmu adalah titik permulaan dan kunci segala kebaikan.
Hal ini tentu membuktikan keutamaan dan kemuliaan tafakkur. Hal itu juga membuktikan bahwa tafakkur tergolong amal hati yang paling utama dan paling bermanfaat bagi hati itu sendiri; sampai dikatakan, “Tafakkur sesaat lebih baik dari ibadah setahun.” Hanya berpikir yang dapat mengubah seseorang dari matinya kecerdasan kepada hidupnya kesadaran, dari kebencian kepada cinta, dari rakus dan tamak menjadi zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia ke cakrawala akhirat, dari sempitnya kebodohan ke lapangnya ilmu, dari penyakit syahwat dan cinta kehidupan fana ini ke sehatnya taobat kepada Allah dan mengesampingkan dunia, dari musibah buta, tuli, dan bisu ke nikmat melihat, mendengar, dan paham tentang Allah. Juga dari penyakit-penyakit syubhat (keraguan) ke sejuknya keyakinan dan tenteramnya dada.
[Sumber: Kunci Kebahagiaan, karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Penerbit Akbar Media Aksara]
Mudah-mudahan kita menjadi umat yang mau berpikir dengan sebaik-baiknya sehingga bisa mendapatkan manfaatnya yang luar biasa.

Tidak ada alasan untuk menyerah

Ya benar, tidak ada alasan untuk menyerah. Yang dimaksud menyerah bukan hanya menyerah saat kita mendapatkan kesulitan saja, tetapi menyerah menggapai apa yang kita cita-citakan. Banyak orang, yang ingin mencapai sesuatu, memiliki sesuatu, dan melakukan sesuatu, kemudian dia berhenti karena merasa tidak sanggup, itu pun sama dengan menyerah. Begitu juga, saat kita sedang menghadapi masalah besar. Tidak ada alasan untuk menyerah. Tidak ada alasan untuk tetap terpaku dan tidak peduli apa yang akan terjadi. Silahkan lanjutkan membaca, akan saya tunjukan bahwa tidak ada alasan untuk menyerah.
Tidak Perlu Menyerah: Karena Kita Pasti Sanggup
Sebesar apa pun masalah yang menimpa kita, insya Allah kita akan sanggup, sebab Allah tidak akan membebani kita di luar kesanggupan kita. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah:286)
Saat kita melihat masalah begitu besarnya, itu artinya ada yang salah dengan diri kita. Tetaplah berlajar, bertanya, dan mintalah bantuan. Meminta bantuan tidak mengapa, yang penting jangan terus menggantungkan diri kepada orang lain.
Mengapa Menyerah? Bukankah Allah Mahakuasa?
Sebesar apa pun masalah kita. Sebesar apa pun tujuan kita. Semua kecil bagi Allah. Mengapa kita tidak meminta tolong kepada Allah? Banyak cara untuk mendapatkan pertolongan Allah:
Berdo’a
Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a, kecuali dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)
Sabar dan Shalat
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. (QS Al Baqarah: 45)
Menolong Agama Allah
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad:7)
Dan masih banyak yang lainnya. Silahkan buka Al Quran dan Hadits, dimana kita bisa membaca bahwa Allah membuka lebar pintu pertolongan bagi hamba-Nya.
Tidak Perlu Menyerah: Mengatasi Masalah Dengan Apa Yang Ada
Apa pun yang Anda miliki saat ini, sudah cukup dan bisa dijadikan modal untuk mengatasi masalah Anda dan mencapai tujuan Anda. Selengkapnya bisa dibaca pada artikel Mengatasi Masalah Dengan Apa Yang Ada.
Tidak Perlu Menyerah: Itu Ujian Dari Allah
Semua kesulitan itu adalah ujian dari Allah. Selanjutnya, apakah kita mau bersabar atau menyerah? Jika kita bersabar dan ikhlas, insya Allah semuanya tidak akan sia-sia. Sebaliknya jika kita menyerah atau berputus asa, kita akan berdosa. Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi) Apa yang dibahas disini hanya baru sebagian kecil dari alasan agar tidak menyerah. Masih banyak lagi yang lainnya. Dari yang sedikit ini saja, insya Allah kita bisa melihat bahwa bagi kita orang yang beriman dan masih mau berusaha, tidak ada alasan untuk menyerah.

Renungan kekuatan diri

Kekuatan Untuk Menjalani Hidup
Setiap perjalanan akan selalu memerlukan kekuatan. Sebuah mobil tidak akan berjalan jika tidak memiliki kekuatan untuk membawa beban dirinya. Begitu juga dengan manusia, agar bisa menjalani hidupnya memerlukan sebuah kekuatan.
Seberapa besarkah kekuatan yang dibutuhkan oleh manusia agar sanggup menjalani hidupnya dengan baik? Kita tidak pernah tahu, namun yang jelas adalah potensi yang sudah kita miliki plus pertolongan dan bantuan Allah, kita dijamin akan sanggup menjalani hidup dengan beban sebesar apa pun.
Allah sudah menjamin hal ini, meski kekuatan manusia memang terbatas, tetapi semua beban yang kita hadapi masih berada dibawah kemampuan manusia itu.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah: 286)
Saat Kekuatan Dirasa Kurang
Mungkin Anda pernah merasakan bahwa kekuatan yang kita miliki itu kurang. Serasa beban terlalu berat seolah kekuatan kita tidak cukup untuk menjalaninya. Jika kita yakin dengan firman Allah diatas, jelas kekurangan yang kita rasakan hanyalah prasangka saja.
Saat Anda merasa lemah, maka ingatlah ayat diatas. Yakinlah, bangunlah keyakinan pada diri Anda bahwa potensi yang Allah berikan kepada Anda sesungguhnya cukup untuk menghadapi beban yang kita pikul. Plus, kita masih bisa meminta bantuan dan pertolongan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Keyakinan Akan Kekuatan Yang Semu
Mungkin, banyak orang yang mengatakan bahwa dia tahu dan beriman dengan ayat diatas. Dia mengatakan bahwa dia pasti sanggup menghadapi semua beban sebesar apa pun. Dia mengatakan bahwa potensi manusia itu adalah dahsyat. Dia mengatakan bahwa dia yakin dengan pertolongan Allah.
Namun betulkah? Ini yang patut kita renungkan. Betulkah kita sudah yakin atau hanya dalam mulut semata?
Mari kita periksa, apakah diri kita sudah mencerminkan pribadi yang memiliki keyakinan yang mantap akan kekuatan yang dimilikinya?
1. Masihkah kita mengeluh atas kesulitan dan beratnya hidup? Jika Anda memang yakin dengan kekuatan yang Anda miliki, kenapa harus mengeluh? Sebuah keluhan adalah pengakuan akan beratnya beban yang dihadapi. Keluhan adalah sebuah pengakuan bahwa kita merasa lemah tidak berdaya. Jika kita merasa kuat, kenapa harus mengeluh? Jalani saja, terjang semua halangan dan rintangan. Semua itu akan diwujudkan dengan tindakan, bukan dengan kata-kata keluhan.
2. Tidak memiliki cita-cita yang tinggi. Orang yang merasa lemah, dia tidak akan berani memiliki cita-cita yang tinggi. Hidupnya hanya untuk sekedar bisa berjalan saja, sebab apa yang ada dalam pikiran bawah sadarnya hanya sekedar bertahan. Bertahan saja susah, kenapa harus memikirkan yang besar? Sudahlah tidak usah muluk-muluk, bisa makan saja sudah cukup. Dan sebagainya. Semua itu adalah gambaran bahwa Anda merasa lemah.
3. Melepaskan diri dari beban yang berat, seperti tugas dakwah dan jihad. Dia akan membayangkan bagaimana beratnya tugas dakwah dan jihad. Maka dia melepaskan diri dengan berbagai dalih bahwa dia tidak sanggup, dia sibuk, dan sebagainya. Kalau pun dia berdakwah, dia hanya memilih yang ringan saja, yang tidak keluar dari zona nyaman dia. Ini adalah bagian saya, katanya. Saya hanya bisa melakukan hal ini. Sementara, dia menganggap tugas-tugas berat itu adalah tugas orang lain, bukan tugas dia. Saat dia yakin bahwa dakwah dan jihad adalah sebuah kewajiban, kanapa harus memilih yang ringan-ringan saja? Dia akan mengatakan, yang sesuai dengan kesanggupannya. Terbukti bahwa dia mengakui dirinya lemah. Kesanggupannya hanya sampai disana.
4. Tergantung atau menggantungkan diri pada kondisi. Dia takut akan perubahan yang mungkin terjadi. Bagaimana jika perubahan akan merusak bisnisnya? Bagaimana jika perubahan akan mengancam karirnya? Itu mungkin saja, perubahan akan selalu terjadi. Bisa jadi, bisnis Anda akan bangkrut akibat perubahan. Bisa jadi karir Anda tamat karena perubahan teknologi. Benar? Tidak. Bukan, bukan perubahan yang mengakibatkan bisnis hancur dan karir yang terancam, tetapi karena diri Andalah yang tidak menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Saat Anda takut, artinya Anda mengakui kelemahan diri.
5. Tergantung pada pekerjaan saat ini. Termasuk, saat Anda merasa takut kehilangan pekerjaan saat ini. Kalau saya berhenti, bagaimana dengan makan anak istri saya? Padahal, siapa yang bisa menjamin Anda akan terus memiliki pekerjaan? Jika Anda seseorang yang yakin dengan kekuatan yang dimilikinya, maka dia yakin akan sanggup mengatasi masalah ekonomi seandainya dia kehilangan pekerjaan. Takut akan kehilangan pekerjaan, adalah sebuah pengakuan bahwa diri lemah dan kurang meyakini potensi diri dan pertolongan Allah.
Anda bisa mendebat, Anda bisa berdalih atas apa yang ditulis diatas. Namun semua itu tidak akan ada gunanya, hanya mempertegas diri bahwa Anda kurang yakin akan kekuatan diri dan kekuatan pertolongan Allah.  Akan lebih bermanfaat, jika Anda meningkatkan keyakinan diri bahwa Anda sudah memiliki kekuatan yang cukup untuk mengatasi semua beban hidup dengan pertolongan Allah.

Rahasia sukses dunia akhirat

Orang yang tidak tahu rahasia sukses ini mengatakan, “Buat apa repot-repot menolong orang lain, bahkan di negara lain, padahal kita sendiri susah?”
Dia tidak tahu rahasia sukses ini! Sayang sekali, padahal sangat ampuh jika mau mengaplikasikannya. Rahasia sukses ini tidak mungkin salah. Bukan hanya sukses di dunia saja, tetapi sukses juga di akhirat. Insya Allah. Mau tahu? Jangan hanya mengetahuinya saja, tetapi juga mengaplikasikannya. Termasuk saya sendiri. Yuk kita pelajari.
Kita akan sukses jika kita mau mengaplikasikannya. Supaya sukses dunia akhirat, ada satu kunci yang harus ada saat mengaplikasikannya, yaitu ikhlas. Tanpa keihlasan, Anda mungkin sukses, tetapi hanya di dunia saja. Tapi jika ingin sukses di akhirat juga, maka keihlasan adalah harga mati. Ikhlas adalah syarat utama sebuah amal mendapatkan balasan dari Allah. Rahasia-rahasia sukses itu ada pada hadist dibawah ini:
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami Al A’masy dan Ibnu Numair telah mengkabarkan kepada kami Al A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa meringankan seorang mukmin dari kesulitan di dunia maka Allah akan meringankan baginya kesulitan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa memudahkan bagi seorang yang kesusahan maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat, dan Allah akan menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya. Barangsiapa meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga, dan tidaklah suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan mempelajarinya dengan sesama mereka kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dilimpahkan kepada mereka rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan Allah Azza Wa jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya. Dan barangsiapa diperlambat oleh amalnya maka tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.”  (HR Ahmad No 7118) OK, akan saya rangkumkan dibawah ini.
Rahasia sukses itu adalah:
1. meringankan seorang mukmin dari kesulitan di dunia
2. menutupi aib seorang muslim
3. memudahkan bagi seorang yang kesusahan
4. mau menolong saudaranya
5. menuntut ilmu
6. membaca kitab Allah
Tentu saja, masih ada yang lainnya jika kita mau menggali Al Quran dan hadits lainnya.
Apa manfaat dari rahasia sukses diatas?
Berikut adalah rangkuman manfaat dari mengaplikasikan keenam rahasia sukses diatas:
1. Allah akan meringankan baginya kesulitan di hari kiamat
2. Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat
3. Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat
4. Allah akan menolong
5. Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga
6. Allah akan memberi rahmat
Jika Allah sudah berkehendak, siapa yang akan mampu menghalanginya? Bukankah ini rahasia sukses yang dahsyat?

Rahasia mengubah takdir

Bisakah mengubah takdir?
Banyak orang malas yang menjadikan takdir sebagai dalih atas kemalasannya. Padahal, takdir itu bisa diubah. Memang, tidak semua takdir bisa diubah. Misalnya, jika kita ditakdirkan sebagai seorang laki-laki, tidak bisa diubah menjadi seorang perempuan. Kita memang tidak bisa mengubah takdir yang sudah terjadi sebab waktu memang diciptakan tidak bisa mundur. Yang dimaksud mengubah takdir disini ialah mengubah takdir dimasa mendatang.
Lalu bagaimana cara kita mengubah takdir? Cara yang benar dan tepat, tentu saja harus bersumber dari Pembuat takdir yang tiada lain Allah SWT melalui Al Quran dan Hadits Nabi saw.
Bagi Anda yang belum tahu, bahwa takdir bisa diubah, silahkan simak hadist berikut:
Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)
Cara Mengubah Takdir
Mengubah Takdir Dengan Berdo’a.
Allah yang menetapkan takdir kita, maka Allah memiliki kuasa untuk mengubahnya, artinya takdir baru bagi kita. Mengubah takdir artinya Allah menggantinya dengan takdir baru. Tetap, Allah yang menetapkan takdir. Cara pertama ialah dengan berdo’a seperti yang dijelaskan pada hadits diatas.
Cara Kedua adalah bersedekah. Rasulullah SAW pernah bersabda : “Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah dapat merubah taqdir yang mubram” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad)
Cara Ketiga adalah bertasbih. Ada hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad Ibnu Abi Waqosh, Rasulullah bersabda :
“Maukah kalian Aku beritahu sesuatu do’a, yang jika kalian memanfa’atkan itu ketika ditimpa kesedihan atau bencana, maka Allah akan menghilangkan kesedihan itu?  Para sahabat menjawab : “Ya, wahai Rasululullah, Rasul bersabda “Yaitu do’a “Dzun-Nun : “LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADH-DHOLIMIN” (Tidak ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang dholim”). (H.R. Imam Ahmad, At-Turmudzi dan Al-Hakim).
Cara keempat ialah dengan bershalawat ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubay Ibnu Ka’ab, bahwa ada seorang laki-laki telah mendedikasikan semua pahala sholawatnya untuk Rasulullah SAW, maka Rasul berkata kepada orang tersebut : “Jika begitu lenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni” (H.R Imam Ahmad At-Tabroni)
Jadi, jangan pernah berhenti berdo’a dan berusaha. Seburuk apa pun kondisi saat ini, semuanya masih bisa berubah. Bagaimana pun pahitnya pengalaman kita dimasa lalu, masih bisa berubah. Optimis selalu Anda bisa mengubah takdir Anda menjadi lebih baik.

Perjuangan dan kesabaran

Hidup adalah perjuangan. Itu kata orang. Memang benar, dalam hidup akan penuh dengan perjuangan. Terutama bagi mereka yang memiliki cita-cita besar, baik cita-cita pribadi maupun cita-cita dalam dakwah. Bagi mereka yang tidak memiliki cita-cita besar, tidak akan mampu melihat bahwa hidup penuh dengan perjuangan. Yang ada di depan mereka hanyalah bagaimana mencari kesenangan belaka. Jika Anda merasa bahwa hidup penuh tantangan, halangan, rintangan, dan ujian, artinya hidup Anda memang penuh perjuangan. Anda termasuk orang yang memiliki cita-cita yang tinggi, baik meraih pencapaian yang besar maupun melepaskan diri dari masalah besar yang menghimpit. Satu hal yang diperlukan dalam perjuangan adalah kesabaran.
Apa Itu Kesabaran?
Secara singkat, sabar bisa didefinisikan sebagai ridha, tenang, teguh, dan yakin. Sabar bukan berarti diam dan menyerah. Justru orang yang diam dan menyerah bertolak belakang dengan definisi sabar. Rasulullah saw adalah orang yang paling sabar dan selalu sabar, tetapi beliau tetap berperang, tenang saat menghadapi tekanan, dan yakin bahwa kemenangan akan dicapai. Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan. Rasulullah saw. memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).” [Sumber: Dakwatuna.com] Anda tidak akan pernah mencapai 1.000 langkah jika Anda kehilangan kesabaran di tengah jalan. Perjuangan akan memberikan hasil, dan pasti akan memberikan hasil, jika diiringi dengan kesabaran. Namun, pada kenyataanya, kesabaran sering kali melemah. Saat 100 langkah sudah berlalu, rasa letih mulai menghinggapi diri, maka kesabaran bisa saja berangsur turun. Sampai-sampai, orang yang lemah kesabarannya mengatakan bahwa sabar ada batasnya. Sabar terasa begitu sulit.
Memang benar, sabar itu berat. Bagi kebanyakan orang, sabar itu memang berat, kecuali bagi mereka yang khusyuk. Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al Baqarah:45-46) Sabar menghadapi kesulitan dan mengerjakan shalat memang berat bagi orang yang tidak khusyuk. Ayat diatas pun menjelaskan kepada kita apa makna khusyuk tersebut (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.,Kata kuncinya dikata “meyakini”. Meyakini bahwa mereka akan menemui Allah dan mereka akan kembali kepada-Nya. Keyakinan ini, akan menjadikan merekan memiliki cara pandang bahwa nilai dan harga dunia seluruhnya adalah menjadi kecil. Jika seluruh dunia saja kecil, apalagi masalah yang kita hadapi menjadi lebih kecil lagi.
Agar Kesabaran Tetap Ada
Karena itulah, selain sabar, kita pun diperintahkan meminta pertolongan melalui shalat. Shalat adalah penolong yang tidak akan hilang dan bekal yang tidak ada habisnya. Sabar adalah masalah hati, sementara shalat adalah cara agar kita terus memperbaharui hati kita. Dengan shalat, kita yang lemah ini, akan terhubungan dengan Allah Yang Mahakuat dan Mahakuasa. Jelas sudah, bahwa shalat akan menaikan kembali kesabaran kita.
Allah Bersama Orang-orang Yang Sabar
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:153) Allah bersama-sama orang yang sabar, menguatkan, memantapkan, meneguhkan, mengawasi, dan menghibur mereka. Allah sebagai tempat bergantung, sehingga kita akan terlepas dari keputus-asaan saat menjalani perjuangan. Hidup memang penuh dengan perjuangan, tetapi selama kita bersabar kita tidak perlu takut karena Allah bersama orang-orang yang sabar.

Motivasi Kerja Dalam Islam

Motivasi Kerja Sejati
Untuk mengetahui motivasi kerja dalam Islam, kita perlu memahami terlebih dahulu fungsi dan kedudukan bekerja. Mencari nafkah dalam Islam adalah sebuah kewajiban. Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan kebutuhan manusia, diantaranya kebutuhan fisik. Dan, salah satu cara memenuhi kebutuhan fisik itu ialah dengan bekerja.
Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam.
Motivasi Kerja Dalam Islam
Cobalah simak beberapa kutipan hadist dibawah ini. Anda bisa melihat bagaimana istimewanya bekerja mencari nafkah menurut sabda Nabi saw.
Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)
Luar biasa, dikatakan dalam hadits diatas bahwa mencari nafkah adalah seperti mujahid, artinya nilainya sangat besar. Allah suka kepada hambanya yang mau berusah payah mencari nafkah. Saya kira, ini lebih dari cukup sebagai motivasi kerja kita sebagai muslim. Bahkan, kita pun berpeluang mendapatkan ampunan dari Allah.
Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad)
Hukumnya Wajib
Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib. Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian, motivasi kerja dalam Islam, bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu lainnya.
Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa, dll). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Perlu diperhatikan dalam hadist di atas, ada kata sesudah. Artinya hukumnya wajib sesudah ibadah lain yang fardhu. Jangan sampai karena merasa sudah bekerja, tidak perlu ibadah-ibadah lainnya. Meski kita bekerja, kita tetap wajib melakukan ibadah fardhu seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat, jihad, dan dakwah. Jangan sampai kita terlena dengan bekerja tetapi lupa dengan kewajiban lainnya.
Jika Motivasi Kerja Sebagai Ibadah
Jika motivasi kerja kita sebagai ibadah, tentu yang namanya ibadah ada aturannya. Memang berbeda dengan ibadah ritual atau ibadah mahdhah, sebab bekerja sebagai ibadah ghair mahdhah. Artinya, dalam kaidah ushul Fiqh, kita memiliki kebebasan yang luas untuk bekerja selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Langkah pertama agar bekerja menjadi sebuah ibadah ialah harus diawali dengan niat, sebab amal akan tergantung niat. Niatkanlah bahwa bekerja sebagai salah satu ibadah kepada Allah.
Langkah kedua ialah pastikan dalam bekerja tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Untuk itu kita perlu memperhatikan:
Apa yang dikerjakan? Untuk apa kita bekerja? Apakah kita bekerja untuk sesuatu yang dihalalkan oleh agama? Pastikan kita bekerja untuk sesuatu yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Cara melakukan pekerjaan kita. Apakah cara-cara Anda bekerja sesuai dengan ajaran Islam? Bagaimana dengan pakaian, batasan antara laki-laki dan perempuan, dan sebagainya.
Etos Kerja Seorang Muslim
Jika tujuan bekerja begitu agung. Untuk mendapatkan ridha Allah Subhaanahu wa ta’ala, maka etos kerja seorang Muslim haruslah tinggi. Sebab motivasi kerja seorang Muslim bukan hanya harta dan jabatan, tetapi pahala dari Allah. Tidak sepantasnya seorang Muslim memiliki etos kerja yang lemah. Coba perhatikan diatas, ada kata-kata “susah payah” dan “kelelahan” yang menandakan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, dan jauh dari sifat malas.
Jadi, tidak ada kata malas atau tidak serius bagi seorang Muslim dalam bekerja. Motivasi kerja dalam Islam bukan semata mencari uang semata, tetapi serupa dengan seorang mujahid, diampuni dosanya oleh Allah SWT, dan tentu saja ini adalah sebuah kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT.
Profesional dan Ahli
Dalam hadits diatas juga disebutkan kata profesional dan ahli. Jika motivasi kerja Anda sebagai ibadah, maka Anda akan melakukannya dengan sebaik mungkin. Anda akan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Anda dalam bekerja. Anda terus belajar dan berlatih agar semakin hari menjadi semakin ahli dalam bekerja. Kemauan Anda untuk belajar dan meningkatkan kemampuan bisa dijadikan ukuran apakah motivasi kerja Anda untuk ibadah atau bukan.
‘Adil Dalam Bekerja
Salah satu bentuk profesional itu adalah ‘adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika waktunya bekerja, Anda bekerja. Jika waktunya istirahat atau shalat, Anda bisa shalat dan istirahat. Jika tidak, maka bisa termasuk melakukan hal yang dzalim, tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. ‘Adil juga berarti, Anda bekerja sesuatu tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang Anda miliki.
Semoga motivasi kerja kita semua sebagai ibadah dan dibuktikan dengan melakukan pekerjaan sebaik mungkin.

Motivasi Hidup Sejati

Inilah Motivasi Hidup Sesungguhnya
Motivasi hidup akan mempengaruhi hidup Anda. Banyak orang yang masih belum memahami apa yang menjadi motivasi hidup atau baru memahami sebagian dari motivasi hidup sebenarnya. Pemahaman yang kurang atau parsial tentu akan mempengaruhi kualitas kehidupan kita.
Apa definisi motivasi hidup? Kita lihat dulu definisi motivasi. Motivasi pada dasarnya adalah alasan atau dorongan untuk bertindak. Maka motivasi hidup bisa diartikan alasan atau dorongan untuk hidup.
Mengapa Kita Hidup?
Dari sini akan membawa kepada sebuah pertanyaan besar, mengapa kita hidup? Mengapa kita ada di dunia ini? Siapa saya? Banyak orang yang berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Namun mereka tidak akan menemukan jawabannya atau menemukan jawaban yang salah selama mereka mencari dari sumber yang salah.
Seharusnya, jika kita bertanya mengapa kita hidup, kita harus bertanya kepada Yang Menghidupkan kita. Tiada lain adalah Allah SWT. Dan, Allah SWT sudah menjawab pertanyaan kita ini dan dituliskan dalam kitab suci kita Al Qur’an.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Ad Dzariat:56)
Jadi ibadahlah yang menjadi motivasi hidup sejati kita. Hidup kita tiada lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Segala gerak gerik kita, pemikiran kita, dan ucapan kita harus dalam rangka beribadah kepada Allah.
Tentu saja, pemahaman ibadah disini adalah ibadah secara integral. Bukan hanya ibadah ritual saja, tetapi ibadah secara kesuluruhan. Artinya semua aspek kehidupan yang kita jalani harus dalam rangka ibadah.
Inilah Motivasi Hidup Sejati
Jika ibadah sudah menjadi motivasi hidup kita, inilah yang perlu kita lakukan:
Motivasi Hidup: Ibadah Driven Action
Artinya semua tindakan kita digerakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Ibadah adalah penggerak, ibadah adalah motivasi. Tidak ada yang kita lakukan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk yang lain.
Pertama: Jadikan, semua yang kita lakukan saat ini menjadi bernilai ibadah. Tapi hati-hati, ada berbagai tindakan yang tidak bisa diubah menjadi ibadah yaitu tindakan yang nyata-nyata perbuatan maksiat. Untuk tindakan maksiat, harus dihentikan dan diganti dengan ibadah. Untuk mengganti tindakan “biasa” menjadi tindakan ibadah ialah dengan dua cara:
1. Niatkan sebagai ibadah
2. Lakukan dengan cara yang sesuai syariat
Kedua: Ketahui apa saja ibadah yang harus kita lakukan dan lakukanlah sebisa mungkin. Ketahuilah apa yang dilarang dan jangan lakukan.
Mudah-mudahan kita semua menjadi pribadi yang hidup dengan motivasi hidup sejati ini. Inilah moto hidup kita: Hayatuna kuluha ibadah = hidup kita seluruhnya adalah ibadah.
Memahami Makna Ibadah
Ibadah artinya tunduk dan patuh secara total kepada Allah. Bukan hanya tunduk secara ritual melainkan juga tunduk secara sosial. Sayangnya makna ibadah ini selalu dipersempit kepada wilayah ritual saja. Mana yang lebih penting? Keduanya!
Jangan karena rajin melakukan ibadah ritual, maka ibadah muamalah ditinggalkan. Atau sebaliknya, karena sibuk ibadah muamalah (berdagang) maka dia meninggal ibadah ritual yang justru sebagai pokok ibadah, yaitu shalat.
Ibadah juga tidak hanya yang disebutkan dalam rukun Islam saja. Itu adalah rukun, tetapi masih banyak ibadah-ibadah yang harus dan bisa kita lakukan. Silahkan buka al Quran dan hadits, setiap kita menjalankan perintah itu adalah ibadah. Setiap kita meninggalkan apa yang dilarang, itu juga ibadah.
Dakwah juga ibadah. Bukan tugas ajengan, kiai, ustadz, mubaligh, atau ulaman saja. Tetapi tugas semua orang Muslim. Artinya Anda pun memikul kewajiban untuk berdakwah. Begitu juga, berdakwah itu bukan hanya ceramah saja. Ceramah adalah bagian dakwah, tetapi masih ada bentuk-bentuk dakwah lainnya.
Agar Anda lebih sempurna dalam ibadah, maka kita harus terus-menerus meningkatkan ilmu tentang agama agar kita mengetahui apa saja ibadah yang bisa dan harus dilakukan oleh kita. Kemauan kita mempelajari agama adalah ciri seseorang yang memahami makna motivasi hidup sejati.
Silahkan renungkan, sejauh mana Anda mau mempelajari agama. Memahami apa saja yang diperintahkan dan apa saja yang dilarang. Sejauh mana Anda membaca hadits dan Al Quran? Sejauh mana Anda belajar tata cara ibadah dan hukum Islam kepada para ahlinya?
Motivasi hidup juga bukanlah agar kita berguna untuk sesama. Tidak, bukan itu. Berguna bagi sesama bukanlah motivasi hidup sejati, kecuali diiringi dengan niat karena Allah. Jika niat karena Allah, maka berguna bagi sesama adalah bagian dari ibadah yang tentu saja ada aturannya dalam Islam. Artinya, jika Anda ingin berguna bagi sesama, setelah niat, Anda harus melakukannya sesuai dengan tuntunan Al Quran dan hadits. Karena itu syarat ibadah, niat dan syar’i.
Tidak, tidak ada motivasi hidup yang lain. Hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk kesenangan, bukan untuk popularitas, bukan juga untuk harta dan kekayaan. Inilah motivasi hidup hakiki.

Motivasi diri: kekuatan cinta

Pentingnya Motivasi Diri
“Ngomong-ngomong tentang motivasi diri, mengapa setelah mengikuti seminar motivasi, motivasi tidak bertahan lama?” Pada artikel lain saya sudah membahas bahwa motivasi memang bisa berkurang. Menyangka motivasi itu permanen, adalah kesalahan yang pertama. Alasan kedua ialah kita akan kehilangan motivasi jika kita hanya mengharap motivasi dari luar. Sebab motivasi terkuat datang dari diri sendiri.
Lalu bagaimana dengan peran motivasi dari luar? Meski motivasi diri itu penting, bukan berarti motivasi dari luar tidak penting. Motivasi yang datang dari luar bisa membantu menemukan dan membangkitkan motivasi diri Anda. Seorang motivator yang baik tentu akan membangun diri Anda menjadi seorang yang mampu menemukan dan membangkitkan motivasi diri yang di motivasinya.

Faktor Motivasi Diri
Dalam berbagai buku NLP disebutkan bahwa hanya ada dua faktor motivasi diri yaitu mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan atau rasa sakit. Namun jika saya kerucutkan lagi, hanya ada satu faktor motivasi, yaitu cinta. Semakin besar cinta kita, akan semakin besar motivasi yang bangkit.
Lihatlah, banyak orang yang sampai nekat bunuh diri karena putus cinta. Ini menggambarkan bahwa cinta memiliki kekuatan untuk menggerakkan diri kita, bahkan untuk hal-hal yang buruk dan tidak masuk akal. Mungkin Anda sudah banyak mendengarkan kisah cinta picisan, apa pun dilakukan “karena cinta”. Cinta adalah sumber dari motivasi diri.
Joe Vitale menyadari kekuatan cinta sebagai motivator utama setelah dia melihat film 50 First Dates (2004) (50 Kencan Pertama) yang menggambarkan usaha seorang pria yang setiap hari berusaha membuat seroang wanita jatuh cinta kepadanya. Usaha ini dilakukan setiap hari, karena sang gadis pujaan memiliki ingatan yang mampu mengingat cuma 1 hari. Ini hanya salah satu dari sekian kisah cinta dalam film.
Anda bisa memanfaatkan kekuatan cinta ini untuk mendapatkan motivasi diri. Tentu saja, tidak sebatas cinta terhadap lawan jenis, tetapi cinta kepada hal lainnya juga. Saat Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda akan memiliki motivasi yang cukup saat bekerja. Lihatlah pemasin sepak bola, di tengah jadwal yang ketat, mereka tetap enjoy bermain di lapangan, karena mereka mencintai profesinya sebagai pesebak bola.
Motivasi Diri Paling Kuat
Namun, ada cinta yang paling kuat. Saat Anda tidak memiliki cinta ini, sungguh Anda sudah menyia-nyiakan hidup Anda. Inilah cinta yang paling besar, yang memotivasi para mujahid di medan perang. Tidak takut mati, tidak takut rasa sakit, tidak takut apa pun, demi cinta ini. Cinta ini tiada lain, cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah, adalah cinta yang hakiki yang menjadi sumber motivasi diri paling kuat.
Karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Begitu juga bisnis adalah bagian dari ibadah. Dan, ibadah adalah sebagai cinta kita kepada Allah, maka kerja dan bisnis kita juga adalah perwujudan cinta kita kepada Allah. Seharusnya, saat kita bekerja dan bisnis, kita akan memiliki motivasi yang tinggi.
Sudahkah?
Mari kita pancangkan niat kita, bahwa kerja dan bisnis kita untuk beribadah. Marilah kita pupuk kesadaran kita, bahwa bisnis dan kerja kita adalah salah bentuk wujud cinta kita kepada Allah.
Adakah perasaan cinta kita kepada Allah? Jika terasa kurang, maka iman kita harus ditingkatkan lagi. Sebab cinta kepada Allah hanya dimiliki oleh mereka yang beriman.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah:165).
Jadi, motivasi diri bisa dikembangkan dengan meningkatkan iman kepada Allah secara terus menerus. Cinta kepada kepada Allah semakin tinggi, motivasi diri pun semakin tinggi.
Hari-hari Akan Dijalani Dengan Penuh Semangat
Tidak ada wujud lain dari bukti cinta kita kepada Allah selain dari beribadah. Ibadahlah yang diminta oleh Allah. Sebagai bukti jika kita mencintai-Nya maka kita akan menuruti apa yang diminta oleh Yang Dicintainya.
Semantara, semua hidup kita harus dalam rangka ibadah. Semua aktivitas kita adalah ibadah. Artinya semua gerak gerik kita harus merupakan bentuk cinta kepada Allah.
Pertama, niatkan bahwa apa yang kita lakukan adalah demi Allah yang kita cintai.
Kedua, lakukan aktivitas kita sesuatu dengan tuntutan syar’i, baik itu adalah ibadah maghdoh maupun ghair maghdoh, keduanya ada tuntunannya. Artinya sebagai wujud cinta kepada Allah kita akan terus belajar bagaimana cara menjalankan ibadah yang benar.
Dan yang kita kita akan semangat melakukannya. Biasanya, kita akan melakukan sesuatu dengan semangat, berani, dan kontinyu demi yang dicintainya.
Namun Cinta Urusan Hati
Cinta adalah urusan hati. Cinta adalah tidak bisa dipaksakan. Betulkah? Tentu saja ada benarnya. Namun, secara fitrah, manusia adalah makhluq yang mencintai Allah. Secara fitrah manusia sangat mencintai Allah.
Namun pada kenyataannya, cinta kepada Allah bisa dibelokan. Kita bisa melihat bagaimana cinta kepada lawan jenis bisa mengalah cinta kepada Allah. Buktinya adalah mereka yang mau melakukan hal-hal dosa demi cintanya kepada pacar. Cinta kepada harta pun bisa mengalahkan cinta kita kepada Allah. Buktinya banyak orang yang mau melakukan usaha yang haram demi cintanya kepada harta.
Syaithan dengan memanfaatkan hawa nafsu menjadikan apa yang kita cintai selain Allah menjadi begitu indah. Seolah tidak ada cinta yang lebih penting dibandingkan “seseorang” pujaan hatinya. Apa pun rela dilakukan demi cintanya itu.
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. Al-An’aam: 112)
Cinta memang urusan hati, namun kita bisa membersihkan hati agar kita memiliki cinta yang hakiki, cinta pada tempatnya. Cinta kepada lawan jenis, harta, keluarga, dan yang lainnya boleh sebagai motivasi diri Anda, yang penting tidak mengalahkan cinta Anda kepada Allah sebagai motivasi diri yang utama.

Mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok

Benarkah mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok? Jika Anda orang optimis, Anda akan mengetujuinya. Tapi mungkin saja Anda masih berpikir, kemudian otak berputar mencari bantahan terhadap ungkapan ini. Bahkan Anda yang membantah bahwa kita tidak boleh sok tahu dengan masa depan, karena itu adalah urusan Allah. Kita bukan sok tahu tentang masa depan, tetapi kita menginginkan sesuatu di masa depan, atau yang kita sebut dengan cita-cita. Mimpi, selama itu positif akan mengarahkan tindakan kita pada hal yang positif pula. Bagaimana agar mimpi kita menjadi kenyataan di hari esok?
Beda Mimpi dengan Panjang Angan-angan
Agar tidak terjadi salah paham bahwa Motivasi Islami mengajarkan panjang angan-angan, saya akan jelaskan apa bedanya mimpi dengan panjang angan-angan. Mimpi artinya mengingkan sesuatu di masa depan. Sementara, panjang angan-angan adalah mengandalkan masa depan. Mengandalkan masa depan jelas tidak boleh, sebab hidup kita akan tergantung oleh sesuatu yang belum jelas. Sementara menginginkan sesuatu di masa depan adalah hal yang berbeda dan itu adalah sah-sah saja selama keinginan itu baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Silahkan baca artikel Visioner dan Panjang Angan-angan.
Agar Mimpi Menjadi Kenyataan
Supaya mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok bukan sekedar slogan, ada syarat-syarat yang harus kita penuhi. Harus bertindak? Ya, tetapi bertindak bukan segalanya. Kebanyakan orang akan mengatakan mimpi tanpa tindakan akan percuma. Memang iya, namun pemahaman ini belum seutuhnya benar karena ada pemisahan antara mimpi dan tindakan. Padahal, pikiran dan tindakan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Lalu seperti apa? Tidak perlu bertindak? Bukan itu maksudnya. Maksudnya adalah mimpi itu sendiri akan membawa tindakan. Tindakan Anda yang lahir itu adalah hasil dari mimpi. Jika seseorang mengaku memiliki impian besar tetapi tidak ada tindakan untuk mewujudkannya, artinya dia tidak benar-benar punya impian. Impiannya hanya di mulut saja sebagai hiasan dalam bicara. Jika impian tersebut sudah tertanam dalam hati, maka tindakan akan secara otomatis mengikutinya. Jadi, kunci utama agar mimpi menjadi kenyataan ialah kita harus benar-benar menginginkan impian itu. Tindakan akan mengikuti secara otomatis tanpa harus diperintah lagi. Tindakan otomatis inilah yang akan menjadikan mimpi itu adalah sebuah kenyataan. Anda tidak akan nyaman hanya berdiam diri saja tanpa melakukan usaha yang mendekatkan kepada impian. Tidak perlu di dorong-dorong oleh orang lain atau diri sendiri. Tindakan akan hadir dengan sendirinya. Ingat hadist yang mengatakan jika hati kita baik maka segalanya akan baik. Hati adalah raja, tubuh adalah prajuritnya. Jika hati sudah mengarah ke satu arah maka tubuh pun akan mengikutinya. Semuanya tergantung niat dan niat letaknya di hati. Mimpi itu adalah niat kita untuk mendapatkan sesuatu di masa depan.
Anda Memerlukan Peta
Saat Anda sudah memiliki impian, benar-benar impian, Anda sudah punya sumber energi yang dahsyat. Anda sudah punya arah yang jelas, yaitu impian Anda. Tetapi, untuk menghubungkan tempat Anda saat ini dengan tempat tujuan Anda, Anda memerlukan peta. Peta tidak selamanya harus fisik. Peta tidak selamanya harus lengkap. Peta itu adalah petunjuk arah, kemana Anda harus melangkah. Untuk tujuan yang dekat atau tujuan yang sudah Anda ketahui, Anda tidak perlu peta dalam bentuk fisik, sebab peta tersebut sudah tergambar dalam pikiran Anda. Namun untuk tujuan jauh dan belum pernah Anda kunjungi sebelumnya, peta itu sangat diperlukan supaya Anda tidak salah jalan. Namun peta itu tidak perlu lengkap, cukup memberikan arah untuk lengkah pertama saja. Selanjutnya Anda akan menemukan jalan sukses dengan sendirinya. Silahkan baca artikel Anda Akan Menemukan Jalan Sukses. Jadi, agar Mimpi Masa Kini Adalah Kenyataan Hari Esok, mimpi Anda harus benar-benar keinginan terdalam Anda dan tertanam dalam hati serta Anda memiliki peta untuk menempuhnya.

Meningkatkan rasa syukur

Tidak diragukan lagi, untuk meraih sukses kita perlu meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bagaimana tidak, kita sudah belajar bagaimana manfaat syukur yang luar biasa dalam kehidupan kita. Namun, yang menjadi pertanyaan, kenapa masih banyak orang yang tidak atau kurang bersyukur? Atau ada juga orang yang merasa sudah bersyukur, tetapi dia merasa tidak ada tambahan nikmat sesuai dengan janji Allah. Padahal janji Allah tidak mungkin salah. Artinya cara bersyukur kita yang salah, kita merasa bersyukur padahal kita belum bersyukur.
Tiga Kesalahan Dalam Bersyukur
Jika kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin, kita sudah hafal ayat Al Quran yang menjelaskan hal ini:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu (QS Ibrahim:7)
Lalu, mengapa ada orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa tidak mendapatkan nikmat tambahan? Karena janji Allah tidak mungkin salah, artinya ada yang salah dengan diri kita. Ada tiga kemungkinan:
Pertama: cara kita bersyukur yang salah.
Kedua: kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada kita.
Ketiga: Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak menyadarinya.
Pada artikel kali ini, saya akan fokus menyoroti tentang point kedua dan ketiga. Dengan dua penyebab itu, kita akan kurang bersyukur. Jika kita kurang bersyukur, maka wajar jika nikmat tidak kunjung datang. Kita harus terus meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat Allah. Insya Allah, poin pertama, cara bersyukur akan dibahas pada artikel lain.
Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur?
1. Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung. Lalu mengapa banyak orang yang merasa tidak mendapatkan nikmat? Karena mereka kurang memberikan perhatian terhadap nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan. Allah mengulang-ngulang ayat “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam surah ar Rahmaan, dimana salah satu hikmahnya adalah agar kita lebih memperhatikan nikmat-nikmat. Saat kita memberikan perhatian terhadap nikmat, kita akan melihat, kita akan ngeh, bahwa nikmat Allah yang kita terima sangat banyak.
2. Berprasangka baiklah kepada Allah. Banyak nikmat yang tidak terlihat bagi kita. Kita sering menganggap bahwa nikmat itu harus dalam bentuk materi, padahal lebih luas dari itu. Seringkali kita menganggap bahwa nikmat itu adalah sebuah pemberian, padahal bisa saja Allah sudah menghindarkan kita dari suatu musibah yang asalnya akan menimpa kita. Mungkin tidak ada yang bertambah pada diri kita, tetapi terhindar dari musibah bukankan sebuah nikmat yang besar? Renungkanlah…
3. Setelah kita mengetahui bahwa nikmat Allah begitu banyaknya, maka langkah selanjutnya ialah memasukan pengetahuan ini ke dalam hati. Agar melekat dengan diri kita sehingga rasa syukur kita akan bertambah. Caranya ialah terus menerus mengingat nikmat dalam berbagai kesempatan. Semakin sering kita mengingat nikmat, akan semakin tertancap dalam hati, maka rasa syukur pun akan meningkat.
Jadi cara meningkatkan rasa syukur diawali dengan pengetahuan akan nikmat yang telah kita terima. Namun tidak cukup hanya pengetahuan saja, karena banyak orang yang tahu tetapi kurang bersyukur. Pengetahuan akan nikmat ini harus tertanam dalam hati kita.
Kita sudah mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasa syukur. Muda-mudahan dengan meningkat rasa syukur, nikmat kita akan bertambah.

Mengatasi malas akibat setan

Untuk bisa mengatasi malas kita harus tahu penyebabnya. Salah satu penyebab malas beraktifitas ialah karena adanya godaan setan. Saat kita tidur, setan mengikat tengkuk manusia. Kita harus bisa melepaskan ikatan tengkuk tersebut, jika tidak maka seharian kita akan malas berkatifitas.
Beruntunglah bagi seorang Muslim, sebab obatnya ternyata ada pada ibadah-ibadah yang biasa dilakukan oleh seorang Muslim. Jika kita melakukan ibadah seperti biasa, sebenarnya kita bisa telepas dari malas yang disebabkan oleh setan ini. Bagaimana caranya?
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan dan syaitan mengikatkannya sedemikian rupa sehingga setiap ikatan diletakkan pada tempatnya lalu (dikatakan) kamu akan melewati malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak.
Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudhu’ maka lepaslah tali yang lainnya dan bila ia mendirikan shalat lepaslah seluruh tali ikatan dan pada pagi harinya ia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa.
Namun bila dia tidak melakukan seperti itu, maka pagi harinya jiwanya merasa tidak segar dan menjadi malas beraktifitas“. (HR.Bukhari)
Jadi, jika Anda ingin semangat dipagi hari
1. Ingatlah Allah
2. Berwudlu
3. Mendirikan shalat.
Bukankah itu pekerjaan kita sehari-hari?
Mari kita semua berdo’a agar terhindari dari kemalasan, seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Mu’tamir berkata aku mendengar bapakku berkata aku mendengar Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berdo’a:
“ALLAAHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MINAL ‘AJZI WAL KASALI WAL JUBNI WAL HAROMI WA A’UUDZU BIKA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WA A’UUDZU BIKA MIN ‘ADZAABIL QOBRI”
(“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah, malas, pengecut dan kepikunan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa qubur”). (HR. Bukhari)
Oh yang, saya juga sudah menyiapkan audio untuk mengatasi malas.

Mandapat Petunjuk dan Rahmat

Berapa 1 + 1 ?
Tahukah Anda jika jawaban 2 tidak selamanya benar. Jika kita berbicara pada basis 10, maka 1+1 = 2. Tetapi jika kita bicara pada basis 2, maka 1+1 = 10. Anda ingat pelajaran tentang basis saat SMA? Ada hikmah besar dari ilmu matematika ini, hikmah yang insya Allah bisa menyelamatkan kita. Apa hikmahnya? Dalam penilaian sesuatu, cara berpikir, selalu mengikuti sebuah kaidah atau pola tertentu. Lihatlah anak kecil, mereka berpikir dengan cara yang sederhana atau polos. Kenapa? Karena kaidah atau pola yang ada di dalam pikiran anak itu masih sederhana.
Berapa panjang meja di depan Anda? Anda hanya akan menjawab dengan tepat jika Anda sudah mengukurnya dengan meteran standar atau ada orang lain yang sudah mengukurnya dan memberitahu kepada Anda. Jika tidak, maka Anda hanya mampu menebak yang hasilnya bisa benar bisa tidak Tebakan Anda pun, sebenarnya berpatokan pada pengalaman Anda tentang ukuran panjang. Orang yang belum terbiasa dengan satuan kaki (feet) akan sulit membayangkan seekor buaya yang panjangnya 10 kaki. Tapi bagi yang sudah berpengalaman, maka dengan mudah bisa membayangkan sepanjang apa buaya tersebut.
Hikmah kedua, bahwa dalam berpikir kita memerlukan sebuah patokan atau acuan, baik alat ukur yang jelas atau setidaknya informasi yang sudah kita dapatkan baik dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Kaidah-kaidah yang ada didalam pikiran kita dibentuk dari berbagai informasi yang ada. Informasi tersebut bisa didapatkan dengan cara membaca, menonton, mendengar, dan mengalami termasuk kerja panca indra kita.
Kaidah-kaidah inilah yang akan kita gunakan dalam proses berpikir dalam hidup. Kemudian menghasilkan kesimpulan dan kita akan mengaplikasikannya dalam tindakan sehari-hari. Tindakan sehari-hari Anda akan menentukan sukses Anda, dunia dan akhirat.
Pemahaman proses berpikir ini, akan membantah pemahaman orang-orang yang hanya mengandalkan akal atau pikiran atau mengedepankan akal diatas segalanya. Kenapa? Karena tidak mungkin! Akal atau pikiran akan bekerja mengikuti kaidah-kaidah tertentu yang dibentuk dari kumpulan informasi yang didapatnya. Artinya informasi selalu mendahului akal. Kecuali untuk hal-hal yang bersifat naluriah, seperti haus haru minum, lapar harus makan, dan sebagainya.
Bahkan seorang Rasulullah saw. Cara berpikir Rasulullah saw dilandasi informasi yang berupa wahyu, yang langsung datang dari Allah. Saat Rasulullah saw melakukan kesalahan dalam berpikir, maka Allah langsung menegurnya. Artinya, hasil pemikiran saja tidak memberikan hasil yang dijamin benar. Lalu, bagaimana agar pemikiran lebih mendekati kebenaran? Jawabannya tiada lain dengan menggunakan kaidah-kaidah yang dijamin kebenarannya, yaitu Al Quran dan Hadits Sahih.
Pertanyaan untuk bahan muhasabah kita, mana yang lebih banyak di memori kita, apakah informasi dari Al Quran dan Hadist atau informasi dari selainnya? Kita dijejali dengan berbagai informasi, hampir setiap waktu. Dari TV, radio, internet, media masa, obrolan, dan banyak sumber lainnya. Pertanyaanya, berapa waktu yang kita miliki untuk menyerap informasi dari Al Quran dan hadits?
Padahal, jika kita mendahulukan akal daripada syara’ adalah merupakan asal dari segala finah “asal segala fitnah adalah mendahulukan akal daripada syara’ ” [Ibnul Qayyim]
Ini yang disebut oleh Ibnul Qayyim sebagai fitnah subhat. Yang sering mengikuti finah subhat adalah fintah syahwat yaitu “serta mendahulukan hawa nafsu daripada akal” [Ibnul Qayyim]
Orang yang terkena fitnah ini adalah mereka lebih mengutamakan hawa nafsu, kemudian akal mengikutinya, baru kemudian syara’. Artinya mereka berargumen dengan dalil syara’ hanya untuk mengikuti hawa nafsunya. “Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka.” (An-Najm: 23).
Ibnul Qayyim pun memberikan solusinya: “Fitnah syubhat dihalau dengan keyakinan, dan fitnah syahwat dihalau dengan kesabaran. Dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, maka fitnah syahwat itu bisa ditolak, dan dengan kesempurnaan ilmu serta keyakinan maka fitnah syubhat itu juga bisa ditaklukkan. Dan hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan.”
Lanjutnya: “Jika seorang hamba selamat dari fitnah syubhat dan syahwat, maka ia telah memperoleh dua tujuan yang agung, yang keduanya merupakan sumber kebahagiaan, kemenangan dan kesempurnaannya. Dua hal itu adalah petunjuk dan rahmat.”
“Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123).
[Sumber Bacaan: Manajemen Qalbu - Melumpuhkan Senjata Syetan Karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah]
Semoga, kita semua menjadi manusia yang mendapatkan petunjuk dan rahmat dari Allah SWT.

Maafkanlah

Kesalahan, kegagalan, atau tindakan yang menyakitkan akan membuat hati kita sedih dan kecewa. Ini adalah perasaan yang negatif, perasaan negatif akan memberikan efek berupa motivasi yang lemah, seperti dibahas lebih jauh dalam ebook saya yang berjudul motivasi Diri. Oleh karena itu kita perlu menghilangkan perasaan negatif ini dalam hati kita, caranya ialah dengan memaafkan.
Siapa yang harus dimaafkan?
Yang pertama justru Anda sendiri. Kesalahan dan kegagalan dimasa lalu adalah sudah berlalu. Jangan diingat dan menyalahkan diri sendiri terus menerus, maafkan diri Anda, ambil hikmah dan lupakan kesedihannya. Dengan memaafkan diri sendiri akan melepaskan energi negatif dalam diri Anda. Diri kita tidak bisa kosong dan hanya bisa terisi oleh satu energi, maka saat energi negatif pergi, akan muncul energi positif. Ini akan memberikan semangat baru bagi Anda.
Jika kesalahan Anda berhubungan dengan dosa, maka mintalah pengampunan dari Allah. Yakinlah bahwa Anda akan diampuni selama Anda melakukan taubat yang benar-benar taubat karena Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat hamba-Nya. Dalam berbagai ayat Al Quran dan Hadits, Allah telah berjanji akan mengabulkan do’a dan taubat kita jika mau melakukannya. Percayalah rahmat Allah lebih luas dari murka-Nya.
Yang kedua, baru orang-orang yang telah menyakiti Anda. Memandam marah dan niat balas dendam sangat tidak bermanfaat. Dendam dan marah adalah pikiran negatif, maka Anda akan menarik hal-hal negatif ke dalam hidup Anda jika Anda dipenuhi oleh dendam dan marah atau sakit hati. Maafkanlah orang lain meski mereka tidak minta maaf. Memaafkan akan banyak memberikan manfaat kepada kita, selain mendapatkan pahala dari Allah, kita juga akan terbebas dari pikiran negatif. Pikiran kita akan lebih positif sehingga akan membawa ke arah yang positif. Pikiran positif adalah modal Anda meraih sukses.
Anda Bisa Memaafkan
Banyak yang mengatakan bahwa dia tidak bisa memaafkan diri sendiri dan orang lain. Sebenarnya siapa pun bisa memaafkan. Kuncinya ialah, Anda mau memaafkan. Memaafkan tidaklah sulit, Anda tinggal lupakan semua kesalahannya. Yang sulit adalah membangkitkan kemauan memaafkan. Kita sulit memaafkan karena kita ingin mempertahankan keinginan untuk mengutuk. Namun kita akan mudah memaafkan jika kita sadar bahwa memaafkan jauh memberikan manfaat dari pada dendam. Ketenangan diraih bukan dengan balasa dendam, tetapi dengan memaafkan.
Jadi salah satu langkah untuk meraih sukses dalam hidup ialah dengan memulai memaafkan diri sendiri dan orang lain atas semua kesalahan, kezhaliman, atau kekuarangan yang pernah dilakukan. Anda akan membebaskan pikiran dan emosi negatif dalam diri Anda sehingga Anda akan memiliki energi positif yang Anda perlukan dalam meraih sukses. Jadi maafkanlah.

Ketika tertimpa kesusahan

Apa yang dilakukan saat kita tertimpa kesusahan? Kebanyakan orang mengeluh, marah, dan menyalahkan orang lain. Padahal, semua itu tidak akan menolong kesusahannya. Sesering apa pun kita mengeluh, kesusahan tidak akan hilang dari diri kita. Kita semua sudah membuktikannya.
Mengeluh justru mengarahan fokus pikiran kita kepada hal yang negatif. Energi negatif kita justru akan makin bertambah dan ini merusak mental dan kesehatan kita. Seharusnya, saat hal negatif menimpa kita, fokuskan pikiran kita kpada hal-hal yang positif yang membesarkan jiwa.
Langkah #1: Sebutlah Kebesaran Allah
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: Bahwa Nabi saw. ketika tertimpa Kesusahan, beliau berdoa: “Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan Yang Memiliki Arsy nan Agung, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan segenap langit, Tuhan bumi serta Tuhan Arsy nan Mulia”. (Shahih Muslim No.4909)
Saat kita mengingat kebesaran Allah, maka sebesar apa pun masalah kita pasti kecil di hadapan Allah SWT. Hal ini akan membesar jiwa kita. Kita tidak akan kerdil lagi di hadapan kesulitan yang menimpa kita. Jika kita sudah bebesar hati, maka kita akan berpikir besar dan tindakan kita pun akan mampu untuk mengatasi segala kesulitan.
Langkah #2: Berdo’alah di Sepertiga Malam
Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah ‘Azza wajalla turun ke langit bumi dan berfirman : “Adakah orang yang berdo’a kepadaKu akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa- dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?” Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh). (HR. Ahmad)
Setelah kita mengingat kebesaran Allah, dilanjutkan dengan panjatan do’a maka insya Allah kesulitan kita akan segera sirna. Kita sudah memiliki jiwa yang besar kemudian kita memiliki harapan karena do’a kita akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Langkah #3: Menolong Orang yang Dalam Kesempitan.
Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)
Seringkali kita berkata, “Bagaimana mau menolong orang lain, kita sendiri perlu ditolong?”
Justru, dengan menolong orang lainlah kita akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Kita akan terhindar dari kesulitan jika kita menghindarkan kesulitan orang lain.
Mudah-mudahan saya dan Anda, kita semua, menjadi hamba Allah yang selalu ingat dengan kebesaran Allah, memanjatkan do’a di sepertiga malam, dan berusaha menolong orang yang dalam kesempitan semampu kita. Amin.

Ketenangan Hidup

Ilmu fisika, biologi, falak, dan kimia telah menunjukan kepada kita bahwa dunia diciptakan dengan aturan-aturan dan ukuran-ukuran yang rapi. Tidak ada tempat bagi sesuatu yang terjadi secara kebetulan, semua berjalan mengikuti hukum-hukum yang telah Allah ciptakan di alam semesta ini.
“… dan, Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS Al Furqaan:2)
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al Qamar:49)
Dan, tentu saja Allah menciptakan semua ini bukan tanpa tujuan. Tidak mungkin tanpa tujuan. Pasti, akan selalu ada hikmah di balik semua penciptaan ini.Namun, keyakinan akan semua hikmah ini, bukan berarti kita akan mengetahuinya. Karena keterbatasan ilmu manusia, bisa saja hikmah-hikmah itu masih tersembunyi, tidak terungkap oleh pandangan manusia yang terbatas ini.
“… mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. ” (QS. An Nisaa’:19)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah:216)
Dan, saya yakin bahwa keterbatasan ini pun memberikan hikmah yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Tidak semuanya harus ada jawaban, yang perlu kita yakini adalah semuanya demi kebaikan kita. Dalilnya sudah jelas dan sudah kita hafal bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kadang kita berusaha keras, namun hasil seolah tidak kunjung datang. Saya kata seolah sebab itu hanyalah pandangan kita yang terbatas.  Strategi, taktik, dan rencana matang tidak selamanya akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita. Bisa jadi, Allah telah menyiapkan yang lain yang pastinya akan lebih baik dari itu.
“… Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS Ath Thalaaq:1)
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (At Takwir:29)
Jika saya berikhtiar itu semata-mata karena memenuhi perintah Allah. Manusia hanya berusaha, sedangkan Allah yang menentukan akibat dan hasilnya. Dan saya merasa yakin bahwa akibat dan hasil yang dipilihkan Allah bagi saya adalah yang terbaik bagi saya.
Jika demikian, mengapa kita harus takut dan khawatir dalam menjalani hidup? Bukankah semuanya untuk kebaikan kita sendiri. Pahit mungkin terasa pahit yang kita alami. Kita tidak menyukai. Kita membencinya. Padahal boleh jadi itu yang terbaik bagi kita.
Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini. Yang sering mengeluh dengan pemberian-Mu. Yang sering lupa bahwa Engkau memberikan yang terbaik.
Mudah-mudahan, mulai detik ini saya merasa tentram terhadap rahmat Allah, keadilan-Nya, kebijaksanaan-Nya, dan ilmu-Nya. Hidup yang lebih tenang karena “melihat” peran Allah dalam setiap peristiwa dan setiap urusan. Hidup yang tenang, karena hidup dalam lindungan dan pemeliharaan Allah

Kekuatan Dzikir

Dzikir itu dahsyat. Semakin saya paham tentang cara kerja pikiran, semakin banyak hikmah yang bisa ditemukan dari berbagai ibadah ritual dalam agama Islam. Salah satunya ialah hikmah dari dzikir. Dzikir adalah salah satu pelatihan yang hebat dalam melatih kualitas pribadi umat Islam baik secara ukhrawi maupun duniawi. Kita akan mendapatkan hasil ganda dari dzikir yang kita lakukan.
Untuk memahami makna dzikir secara ukhrawi mungkin kita perlu bertanya kepada ustadz Arifin Ilham. Saat ini saya akan membahas bagaimana hikmah dzikir terhadap kehidupan dunia kita. Ternyata dzikir memberikan makna luar biasa kepada kehidupan kita. Selain hati kita menjadi lebih bening, dzikir akan melatih semangat kita menjadi lebih dahsyat untuk meraih prestasi.
Seperti yang saya bahas dalam artikel Tumaninah Dalam Shalat, ketenangan dalam melakukan sesuatu akan memberikan kemampuan kita mengendalikan pikiran kita. Jika kita melakukan dzikir dengan khusyu’ maka ini akan memberikan latihan yang sangat luar biasa dalam pengendalian pikiran kita.
Bukan hanya itu, makna yang terkandung dari kalimat-kalimat dzikir akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita sehingga bisa membentuk akhlaq mulia dalam kehidupan kita. Jika kita melakukan dzikir dengan cara yang benar, tenang, dan sambil menghayati setiap makna dari semua yang kita ucapkan, maka ini adalah suatu bentuk amalan yang sangat luar biasa.
Dengan dzikir bisa membuat kita menjadi Muslim yang lebih shalih. Dengan dzikir bisa membuat kita menjadi Muslim yang kuat, jenius, dan memiliki motivasi tinggi dalam melakukan berbagai hal dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak akan pernah malas lagi dalam melakukan berbagai ibadah baik ibadah ritual dan ibadah muamalah.
Sungguh, dzikir adalah suatu metode yang sangat hebat. Tidak ada metode yang dihasilkan oleh para ahli pengembangan diri melebihi dzikir. Namun sayang, sekali lagi, kita sering menyia-nyiakan rahmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Masih banyak orang yang belum melakukan dzikir dengan benar, bukti nyatanya ialah bagaimana kualitas umat Islam saat ini.
Adalah benar kata para mujahid, bahwa kemunduran umat Islam karena umatnya yang meninggalkan ajaran agama Islam. Bukan agama Islam yang menjadi masalah, tetapi karena justru kita yang meninggalkan Islam dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita belum melakukan ibadah yang melibat ruh kita. Marilah kita kembali ke dalam ajaran Islam secara kaaffah, salah satunya dengan rajin dzikir.

Janganlah kamu bersedih

Mungkin Anda pernah membaca ayat ini: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Taubah:40) Lalu, bagaimana jika kita tetap merasa bersedih? Ini artinya ada sesuatu yang salah dalam hati kita. Dalam ayat diatas, kita tidak perlu bersedih sebab Allah beserta kita. Jika kita masih tetap saja bersedih, artinya kita belum merasakan kedekatan dengan Allah.
Yang dimaksud bersedih bukanlah berarti menangis. Menangis dalam rangka takut dan berharap kepada Allah malah dianjurkan supaya kita bebas dari api neraka. Bersedih yang dilarang adalah kesedihan akibat ketidaksabaran, tidak menerima takdir, dan menunjukan kelemahan diri.
Bersedih Itu Manusiawi
Para Nabi bersedih. Bahkan Rasulullah saw pun bersedih saat ditinggal oleh orang-orang mencintai dan dicintai beliau. Namun, para Nabi tidak berlebihan dalam sedih. Para Nabi segera bangkit dan kembali berjuang tanpa larut dalam kesedihan.
Bersedih Tidak Diajarkan
Bersedih (selain takut karena Allah) tidak diajarkan dalam agama. Bahkan kita banyak menemukan ayat maupun hadist yang melarang kita untuk bersedih.
“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS.At-Taubah:40)
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139)
Rasulullah saw pun berdo’a untuk agar terhindar dari kesedihan,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud)
Lalu, bagaimana supaya kita tidak bersedih?
Jika kita melihat ayat dan hadits yang disebutkan diatas, setidaknya kita sudah memiliki dua solusi agar kita tidak terus berada dalam kesedihan.
Pertama: dari ayat diatas (At Taubah:40) bahwa cara menghilangkan kesedihan ialah dengan menyadari, mengetahui, dan mengingat bahwa Allah bersama kita. Jika kita sadar bahwa Allah bersama kita, apa yang perlu kita takutkan? Apa yang membuat kita sedih. Allah Maha Kuasa, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
Saat kesedihan terus menimpa kita, mungkin kita lupa atau hilang kesadaran, bahwa Allah bersama kita. Untuk itulah kita diperintahkan untuk terus mengingat Allah.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d:28)
Dari ayat ini, kita sudah mengetahui cara menghilangkan kesedihan, kecemasan, dan ketakutan yaitu bidzikrillah, dengan berdzikir mengangat Allah.
Saat saya mengalami kesedihan, ketakutan, atau kecemasan, ada tiga kalimat yang sering saya gunakan untuk berdzikir.
1. Istighfar, memohon ampun kepada Allah.
2. La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)
3. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung)
4. Tentu saja, masih banyak kalimat-kalimat baik lainnya yang bisa Anda ucapkan
Alhamdulillah, kesedihan, kecemasan, dan ketakutan menjadi sirna setelah berdzikir dengan kalimat-kalimat diatas. Tentu saja, bukan saja dzikir di lisan tetapi harus sampai masuk ke hati.
Kedua: cara menghilangkan kesedihan ialah dengan berdo’a seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. Nabi pun meminta pertolongan Allah, apa lagi kita, jauh lebih membutuhkan pertolongan Allah. Maka berdo’alah.
Tentu saja, masih banyak cara supaya kita tidak bersedih. Saya bisa menulis buku tebal jika mau membahas semuanya. Namun, dengan dua cara utama diatas kita akan mendapatkan mamfaat yang luar biasa. Bersedih masih mungkin kita alami, tetapi tidak lagi bersedih yang berlebihan dan berlarut-larut. Karena hidup dan perjuangan harus berjalan terus. Janganlah kamu bersedih.

Jangan Berhenti karena Susah

Ada seseorang yang susah bangkit dari keterpurukan setelah di PHK. Dia mau mencari kerja, umur sudah tidak muda lagi. Dia mau menjalankan bisnis, tetapi sudah berkali-kali mencoba tidak ada satu pun yang berjalan terus. Dia selalu berhenti di tengah jalan.
Apa yang menjadikan dia selalu berhenti? Sederhana, karena dia begitu akrab dengan kata susah atau sulit. Dia berkata bahwa dia sudah berusaha, tapi ternyata sulit. “Ternyata susah juga untuk membangun bisnis.” Dan berbagai komentar lainnya yang bernada sulit.
Dia meminta nasihat kepada saya. Saya berikan beberapa nasihat. Apa jawabannya? Tidak lepas dari dua kata itu:
“Susah.”
“Sulit.”
Saya mencoba untuk memberikan inspirasi yang bercerita tentang seseorang yang berhasil membangun bisnis dengan berawal 1 buah gerobak bakso menjadi ratusan gerobak bakso. Saya jelaskan kalau orang ini merangkak dari nol dan sampai akhirnya berhasil.
Apa reaksi dia? Dia berkata:
“Saya sering mendengar cerita keberhasilan. Tapi sayang tidak diceritakan susahnya membangun bisnis.”
Dia terus berkata susah, sulit, susah, sulit, tidak mudah, dan sebagainya. Banyak orang yang seperti ini!
Jika Anda termasuk orang yang seperti ini, saya mau bertanya.
“Memang susah. Memang tidak mudah. Memang sulit. Lalu?”
Sahabat, coba pikirkan. Jika bisnis itu mudah. Tentu akan banyak sekali orang yang berbisnis dan kaya raya. Pada kenyataanya memang sedikit sekali orang yang mau berbisnis dan bertahan di bisnis. Karena memang, bisnis itu susah, bisnis itu sulit, dan perlu kerja keras untuk menjalankannya. Bisnis memang hanya untuk orang yang berani, tekun, sabar, dan mau kerja keras sampai berhasil.
Sekarang, pilihan Anda. Apakah mau melewati masa susah membangun bisnis atau tidak?
Jika Anda punya kemauan, maka ambillah tindakan. Jika susah, Anda bisa belajar. Jika tidak tahu, Anda bisa mencari tahu. Jika lama, Anda bisa bersabar. Jika tidak punya modal, Anda bisa mencari modal. Jika tidak bisa mencari modal, Anda bisa belajar mencari modal. Allah sudah memberikan potensi kepada Anda. Anda punya hati, Anda punya akal, dan Anda punya energi. Gunakanlah.
Memang akan banyak menghadapi masalah. Tapi Allah sudah memberikan akal kepada kita untuk mengatasi masalah. Memang perlu kerja keras, tapi Allah sudah memberikan tangan dan kaki kepada kita untuk bekerja keras. Allah sudah memberikan sistem pencernaan yang bisa mengubah makanan menjadi energi. Apa lagi yang kurang?
Sahabat, jangan berhenti karena susah. Kita sudah diberik potensi yang dahsyat oleh Allah untuk mengatasi kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan memang untuk kita hadapi, untuk kita lewati, sebab kemudahan akan datang setelah kesulitan.
“Kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan.” (HR Ahmad)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam Nasyrah:5-6)
Sahabat, semua orang sukses pernah mengalami masa-masa susah. Mereka menghadapi kesulitan seperti kita. Hanya saja, mereka tidak berhenti. Oleh karena itu, kita pun sama, jangan berhenti karena susah.

Harapan itu tak pernah sirna

Selalu ada harapan bukanlah sesuatu yang klise. Harapan itu masih ada, harapan itu tidak pernah sirna. Jika Anda berpikir sebaliknya, silahkan Anda baca artikel ini. Dan, bagi Anda yang setuju bahwa harapan itu tidak pernah sirna, maka dengan membaca artikel ini Anda akan lebih optimis lagi.
Mengapa memiliki harapan begitu penting dalam hidup? Sebab, tanpa harapan, artinya hidup Anda selesai. Banyak orang yang mengakhiri hidupnya (dalam artian harfiah maupun kiasan) karena mereka sudah tidak lagi memiliki harapan. Lalu bagaimana agar asa itu tetap ada tidak terputus?

Harapan Akan Berbanding Lurus dengan Ilmu
Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat“. (QS. Al Hijr:56)
Hanya orang sesat, yaitu mereka yang tidak memiliki ilmu, yang berputus asa dari rahmat-Nya. Mungkin saja, ada orang yang merasa sudah berilmu, bahkan memiliki gelar profesor, tetapi jika dia masih berputus asa, artinya dia masih sesat. Untuk itulah, agar kita terhindar dari putus asa, jangan pernah berhenti untuk menuntut ilmu.
Anda akan tersesat dalam perjalanan, jika Anda tidak tahu jalan yang sedang Anda tempuh. Anda bisa mempersiapkan ilmu sebelum perjalanan atau Anda bisa bertanya saat dalam perjalanan sehingga Anda mengetahui jalan yang benar. Dan ini bisa Anda aplikasikan untuk berbagai hal lainnya seperti dalam pendidikan, karir, dan bisnis. Belajarlah, Anda tidak akan tersesat dan harapan itu tidak pernah sirna.
Ada banyak tempat untuk belajar menuntut ilmu. Kuncinya ada mau membuka hati untuk menerima ilmu dari mana pun datangnya. Tidak ada ilmu yang sia-sia. Seringkali, kita sendiri yang menutup hati karena ilmu yang kita dapat tidak sesuai dengan yang kita inginkan.
Kadang, banyak orang yang terjebak. Dia belajar bukan untuk mencari jalan yang benar, tetapi untuk membenarkan apa yang dia lakukan. Jika ternyata tidak mendukung, maka dia akan menolaknya. Oleh karena itu, jika kita menemukan pengetahuan dan ilmu yang mungkin tidak kita sukai, tetaplah membuka hati kita, karena bisa jadi (bukan pasti) itu adalah sesuatu yang benar.

Fondasinya Adalah Iman
Pekerjaan, tugas, dan dakwah bisa jadi sebuah beban yang sangat besar. Saat kita merasa berat, bahkan diri ini hampir-hampir roboh memikulnya, artinya fondasi dalam diri kita masih lemah. Fondasi kita itu tiada lain adalah iman.
Satu ayat terakhir QS Al Baqarah sering kali menjadi penyembuh bagi mereka yang berputus asa. Mereka yang merasa tidak sanggup, namun saat diingatkan bahwa seberat apa pun beban yang kita pikul, pasti manusia akan sanggup memikulnya, maka mereka kembali bersemangat lagi. Bagaimana tidak? Yang mengatakannya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, pasti benar.
Ya, tentu saja. Orang beriman akan merasakan semangat kembali. Mereka yakin dengan apa yang tertulis dalam Al Quran. Mereka menjadi semangat kembali dan harapan itu tidak pernah sirna. Namun berbeda dengan orang yang tidak beriman atau yang lemah imannya, meski kita sebutkan ayat itu berkali-kali, mereka tetap saja mengatakan tidak sanggup, terlalu berat, keterlaluan, dan berputus asa.
Tumbuhkanlah iman itu. Yakinlah bahwa apa yang dikatakan Allah dalam QS Al Baqarah: 286 itu benar secara mutlak. Anda tidak akan pernah putus asa, Anda akan tetap memiliki harapan.
Jika Anda orang beriman, saat Anda mendengar ayat ini: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah:286), maka harapan Anda akan tumbuh kembali. Harapan itu tidak pernah sirna selama iman ada di dada.

Gairah Hidup

Jika Anda bergairah, Anda bisa menarik orang-orang yang bergairah pula dalam bertindak. Gairah bukan hanya akan mempermudah kerja Anda karena Anda memiliki semangat yang tinggi dalam bertindak, tetapi Anda juga akan dibantu oleh orang-orang yang memiliki gairah juga, sehingga pekerjaan Anda akan lebih mudah lagi. Oleh karena itu, Anda harus selalu menyalakan api gairah dalam hidup Anda.

Seperti mahluk hidup, cendrung menyukai apa-apa yang menyala. Jika Anda memiliki api gairah yang menyala-nyala dalam diri Anda, maka orang-orang akan manghampiri Anda untuk melihat dan merasakan kehangatan dari api gairah. Inilah salah satu senjata yang paling kuat dalam meraih sukses yaitu api gairah. Hidup Anda akan lebih indah dengan memiliki api gairah.
Para pemenang adalah mereka yang selalu mengobarkan api gairah dalam perkataan dan tindakan mereka. Api gairah yang muncul pada perkataan dan tindakan adalah hasil dari gairah yang berkobar dalam hati Anda. Dengan adanya gairah, para pemenang akan dimudahkan dalam bertindak sehingga dia bisa menikmati pekerjaan yang sebanarnya biasa-biasa saja. Kesuksesan bisa diraih oleh mereka yang mengambil tindakan antusias dan mereka menjaga gairah yang pali bersemangat.
Sekali Anda bertindak gairah, seolah seperti reaksi berantai, semuanya akan terlihat begitu menggairahkan. Anda akan menemukan peluang, kejadian, kondisi, dan orang-orang yang seolah terjadi secara kebetulan. Padahal Andalah yang menariknya dengan api gairah yang Anda pancarkan. Jadi, setiap Anda akan bertindak dan berkata, masukan unsur gairah dalam setiap perkataan dan tindakan Anda.
Gairahlah yang menjadi rahasia para pemenang untuk mengatasi kesulitan. Para pemenang juga menemui kesulitan sama dengan Anda, mereka juga menghadapi rintangan sama dengan Anda, namun yang membedakan seorang pemenang dengan pecundang adalah mereka memiliki gairah dalam setiap tindakannya. Sekarang juga, miliki gairah agar Anda menjadi seorang pemenang.
Gairah diawali dengan rasa cinta Anda pada apa yang Anda lakukan. Kemudian Anda memiliki keyakinan yang kokoh bahwa apa yang Anda lakukan akan berhasil, akan memberikan hasil yang luar biasa pada hidup Anda. Rasa cinta Anda pada apa yang lakukan ditambah keyakinan yang mantap akan menghasilkan gairah.
Jika Anda merasa kesulitan dalam memicu api gairah pada kehidupan Anda. Lihatlah dan bergabunglah dengan orang-orang yang memiliki gairah. Ikuti seminar dan pelatihan dari orang-orang yang memiliki gairah. Ikuti gerakan mereka dan ikuti pula kata-kata mereka, maka sedikit demi sedikit Anda akan mulai bergairah. Semakin lama Anda akan bergairah sesuai dengan cara Anda sendiri.
Lakukan afirmasi , gunakan kalimat berikut ini:
“Saya menyukai apa yang saya lakukan”
“Saya menyukai diri saya”
“Saya yakin pada tujuan saya”
“Saya yakin akan sukses”
“Saya bergairah, saya bergairah”
Lakukan dengan segenap perasaan dengan suara yang lantang. Lakukan secara berulang-ulang sampai meresap ke dalam pikiran bawah sadar. Selanjutnya, bertindaklah maka api gairah mulai memercik dalam tindakan dan perkataan Anda.
Kunci utama untuk memiliki gairah hidup adalah keikhlasan. Jika kita bertindak dengan niat ibadah karena Allah, gagal atau berhasil, dihargai atau tidak, maka tindakan kita akan selalu memberikan hasil. Pahala.

Cinta dan motivasi

Cinta dan motivasi jelas memiliki hubungan yang erat. Cinta adalah motivasi yang paling kuat. Cinta adalah penggerak hati, pikiran, dan tindakan. Seseorang akan merasa tergerak hatinya saat sesuatu yang dicintainya disebutkan. Cinta menggerakan pecinta untuk mencari yang dicintainya.
Objek cinta itu begitu banyak. Mereka adalah ujian bagi kita semua. Cinta terhadap lawan jenis, cinta terhadap keluarga, cinta terhadap harta benda, cinta terhadap tanah air, dan cinta terhadap hal-hal lainnya.
Namun tahukah bagi Anda, bahwa cinta itu adalah tawanan?
Cinta Itu Adalah Tawanan
Apa yang dimaksud bahwa cinta itu adalah tawanan? Siapa yang ditawan? Cinta menawan hati. Sebab hati akan tunduk demi mengejar apa yang dicintainya. Banyak sekali orang yang rela melakukan apa pun demi yang dicintainya. “Gunung kan kudaki, lautan akan kusebrangi.” begitu kata syair yang menggambarkan bagaimana hati tertawan oleh cintanya kepada kepada seorang gadis pujaan. Lihatlah… banyak orang yang melakukan segala cara untuk mendapatkan harta dan jabatan. Yang haram dihalalkan, apa pun dilakukan demua cintanya kepada harta dan jabatan.
Cinta selalu menggerakkan hati pada apa yang dia inginkan. Keinginan diri inilah yang disebut dengan hawa nafsu. Sehingga dengan cinta ia menjadikan hatinya sebagai tawanan hawa nafsu, mengikuti apa yang dikatakan hawa nafsu dan menjadikan hawa nafsu dengan pimpinannya dalam hidup. Sehingga masuklah dia ke dalam fintah syahwat, yang menghalangi hatinya dari petunjuk dan rahmat.
Kemerdekaan Itu Datang Dari Tauhid
Tauhid membebaskan hati ini dari tawanan hawa nafsu. Bebas dari tawanan cinta harta, jabatan, popularitas, anak, lawan jenis, dan objek cinta yang berasal dari hawa nafsu. Bukan berarti, kita tidak lagi mencintai mereka. Namun, dengan kehadiran tauhid, maka hawa nafsu sudah bisa ditundukan, sehingga cinta kita tidak lagi hanya digerakan oleh hawa nafsu, tetapi digerakan oleh cinta kita kepada Allah sebagai konsekuensi tauhid.
“Adapun orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Anda akan terbebas dari kesedihan yang tidak perlu. Seseorang yang melakukan hal-hal yang dilarang agama demi cintanya, artinya belum ada tauhid pada dirinya, setidaknya masih sedikit. Orang yang hatinya sudah dipenuhi dengan cinta kepada Allah, tidak mungkin menduakan cintanya dengan sesuatu yang rendah. Tidak mungkin meninggalkan Allah (yang dicintainya) demi cinta kepada selainnya.
Kita boleh mencintai lawan jenis, namun kita tidak akan pernah melakukan yang dilarang seperti mendekati zina bahkan melakukan zina, bunuh diri, durhaka kepada orang tua, dan perbuatan munkar lainnya. Sebab perbuatan-perbuatan tersebut dimurkai oleh cinta sejati kita, yaitu Allah SWT. Begitu juga, cinta kita kepada keluarga, harta, jabatan, dan objek cinta lainnya tidak akan menggerakan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh Allah SWT sebagai cinta sejati kita.

Berubah itu langkah demi langkah

Banyak orang yang ingin berubah. Namun dia merasakan begitu sulit berubah. Apa penyebabnya?
Anda pernah membaca artikel Bisakah Memakan Sepeda?
Saat pertanyaan ini diajukan kepada peserta pelatihan saya, jawabannya macam-macam. Banyak yang mengatakan tidak mungkin. Bagaimana bisa memakan sepeda? Mereka anggap saya hanya bercanda.
Padahal, orang yang memakan sepeda bukan fiktif bukan juga bercanda. Ini benar, adanya tercatat di Guiness Book of Record. Bahkan katanya, sudah terpecahkan oleh orang yang memakan Harley Davidson. Wow!
Bagaimana bisa? Inilah kuncinya. Ini adalah kunci yang bisa membuat perbedaan sangat mendasar. Pemahaman inilah yang menjadikan seseorang menjelma menjadi orang hebat atau tidak. Inilah rahasia berubah!

Rahasia Berubah Itu Langkah Demi Langkah
Orang bisa memakan sepeda, bahkan Harley Davidson, karena mereka memakannya secara bertahap. Pemakan sepeda memotong-motong sepedanya, bahkan dihancurkan, kemudian dimakan sedikit demi sedikit. Akhirnya dia bisa menghabiskan sepeda (masuk ke dalam perutnya) dalam waktu 3 bulan.
Lama? Iya, memang lama. Tetapi berhasil. Jika sepeda hanya pelototi saja. Jika kita hanya memikirkan bagaimana cara makan sepeda sekaligus, kita bisa menyerah. Langsung saja kita mengatakan: “Mustahil!”
Begitu juga dalam berubah. Jika Anda ingin menjadi seseorang yang lebih baik, mulailah berubah. Langkah demi langkah, jangan berpikir sekaligus. Saat kita berpikir bahwa kita harus berubah sekaligus, meski mulut tidak berucap, pikiran bawah sadar kita akan mengatakan itu mustahil. Apa akibatnya? Dia tidak mengambil langkah untuk berubah.
Bagaimana kita bisa menghafal Al Quran? Bukankah banyak sekali? Para penghafal Al Quran menghafal ayat demi ayat, bahkan bisa jadi satu ayat pun di potong-potong dulu agar mudah menghafalnya.
Berubah itu selangkah demi selangkah. Sama seperti Anda makan, sesuap demi sesuap.
Berubah Sedikit Tetapi Kontinyu
Sepotong demi sepotong, sepeda pun habis dimakan. Selangkah demi selangkah, para pelari marathon pun bisa melalui puluhan kilo meter. Putaran demi putaran ban mobil Anda, ratusan kilo meter pun bisa ditempuh.
Jangan anggap sepele perubahan yang kecil atau sedikit. Jika dilakukan secara kontinyu, akan membawa perubahan besar dalam hidup Anda. Seorang trainer (Wiwoho) pernah mengatakan Kesuksesan besar adalah kasil dari kumpulan kesuksesan-kesuksesan kecil.
Rasulullah saw, dengan indah bersabda:
Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
Lakukanlah perubahan itu, meski pun kecil, sebab tidak ada yang kecil jika kita melakukan secara terus menerus, langkah demi langkah.
Siap-siap…. berubah!

Berhenti saat memiliki keinginan

Darimanakah datangnya sebuah keinginan? Keinginan datang dari hati yang selalu bolak balik. Bisa jadi sebuah keinginan itu adalah keinginan yang baik atau sebaliknya. Sayangnya kita sering kali tidak melihat sesuatu dibalik keinginan karena perhatian kita fokus pada keinginan, bukan pada apa yang ada dibalik keinginan.
Para ahli pemasaran atau penjualan sering mengatakan bahwa keputusan seseorang membeli sesuatu, lebih sering disebabkan oleh keinginan. Kemudian, logika membenarkan keinginan tersebut. Emosi seringkali lebih berperan dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan pikiran atau logika.
Jika keinginan selalu kita turuti, artinya hidup kita akan dikendalikan oleh emosi. Emosi datang dari hawa nafsu yang rentan dipengaruhi oleh faktor luar (teruma syaithon). Pikiran bawah sadar kita, bisa menerima informasi jauh lebih cepat dibandingkan pikiran sadar. Sehingga pola yang terbentuk dalam pikiran bawah sadar, sering kali tidak kita sadari. Keinginan datang dari sana, dengan pola yang tidak kita sadari. Maukah kita turuti saja?
Jika keinginan selalu kita turuti, artinya kita tidak bisa mengendalikan hidup kita. Hidup kita akan terombang ambing sebagaimana terbolak-baliknya hati kita. Peran logika atau akal akan terabaikan atau hanya sebagai pembenaran keinginan kita. Sungguh, kita mangabaikan potensi akal yang sudah Allah berikan kepada kita.
Jika kita ingin lebih mengendalikan hidup kita, ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita harus mengoptimalkan peran akal sebelum kita bertindak. Caranya ialah berhentilah saat memiliki keinginan. Jangan langsung kita turuti. Renungkan terlebih dahulu, apakah keinginan ini membawa kepada kebaikan atau tidak. Tahukah Anda, hanya sedikit orang yang melakukan hal ini. Kebanyakan orang bergerak seperti robot, hidupnya diarahkan oleh berbagai faktor luar yang masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita, tanpa kita sadari.
Saya tahu, banyak orang yang menyangkal hal ini. Mereka mengaku bahwa hidup mereka tidak seperti robot. Mereka mengaku bahwa mereka selalu menggunakan akal pikiran sebelum bertindak. Semua pengakuan ini, karena fokus mereka hanya pada tindakan-tindakan yang mereka lakukan secara sadar. Mereka tidak memperhatikan apa yang mereka lakukan secara tidak sadar, seolah tidak pernah ada. Namanya juga tidak sadar. Padahal, menurut beberapa literatur yang saya baca, lebih dari 90% tindakan kita dilakukan tanpa sadar.
Al-Hasan Rahimahullah berkata, “Semoga Allah merahmati hamba-Nya yang berhenti di saat berkeinginan. Jika karena Allah maka ia laksanakan dan jika karena selain-Nya maka ia tinggalkan.” [Dikutip dari buku Manajemen Qalbu, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah]
Masihkah Anda selalu menuruti semua keinginan Anda?
Berhenti saat memiliki keinginan adalah salah satu teknik dalam manajemen qalbu sehingga qalbu Anda akan menjadi qalbun salim, hati yang sehat. Kita semua sudah tahu tentang sumber kebaikan, yaitu hati yang baik. Hadistnya begitu populer,
Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Siapa yang tidak tahu hadits diatas? Tapi sejauh mana kita mengaplikasikannya? Salah satunya ialah dengan menahan diri saat memiliki keinginan. Setiap keinginan muncul, renungkanlah apakah keinginan ini akan membawa kepada kebaikan, keburukan, keberhasilan, kegagalan, keridhaan Allah, atau kemurakaan Allah?

Bagai katak dalam tempurung – model baru

Mungkin Anda sudah mengetahui pepatah Bagai katak dalam tempurung. Pepatah ini begitu populer. Tapi, apa yang akan saya sampaikan adalah model barunya. Iya, arti dari pepatah ini adalah orang yang wawasannya tidak terlalu luas. Ia tidak tahu situasi lain, selain di sekitar tempatnya berada saja. Kesannya, orang seperti ini adalah orang yang tidak gaul.
Namun tahukah Anda, bahwa orang gaul pun bisa memiliki sifat yang sama dengan apa yang dikatakan pepatah ini? Yup, orang yang merasa gaul dan suka membaca tidak terbebas dari kemungkinan menjadi orang seperti dalam pepatah ini. Bisa jadi, Anda pun termasuk di dalamnya.
Silahkan lanjutkan membaca untuk mengetahui apakah Anda termasuk dan solusinya untuk mencegah dan keluar dari sikap seperti ini.

Apa itu tempurung? Bagai katak dalam tempurung, artinya si katak tidak bisa melihat dunia luar karena dibatasi oleh tempurung. Jadi makna yang lebih mendalam dari pepatah ini ialah hidup yang dibatasi. Yang dimaksud batas ini bukan hanya membatasi mata lahir saja. Namun, yang lebih bahaya ialah saat mata hati dan pikiran kita yang dibatasi.
Tertutup Mata Hati
Mata hati yang dibatasi tidak bisa melihat kebenaran. Apa yang membatasi hati? Yang membatasi hati itu adalah hawa nafsu. Orang yang hatinya sudah tertutup oleh hawa nafsu tidak akan mampu melihat kebenaran. Satu-satunya cara agar bisa melihat kebenaran ialah dengan menyingkap tabir tersebut, bukan meniadakannya sebab hawa nafsu sudah bagian dari manusia. Ciri-cri orang yang mata hatinya tertutup ialah tidak bisa melihat cahaya, bahkan saat dia sedang membaca sumber cahaya tersebut, yaitu Al Quran. Atau orang yang selalu/sering menolak nasihat atau selalu melakukan pembenaran saat menerima nasihat.
Pikiran yang Dibatasi
Model kedua dari makna bagai kata dalam tempurung ialah saat pikiran kita yang dibatasi. Orang yang rendah diri adalah orang yang pikiran dibatasi oleh anggapan akan kemampuan diri yang rendah. Orang yang putus asa adalah orang yang pikirannya dibatasi oleh sempitnya ide-ide yang bisa menjadi solusi. Dia pikir tidak ada yang bisa dilakukannya lagi, dia pikir semua sudah dilakukan. Padahal belum semua cara dan ikhtiar yang dilakukan, dia hanya menganggap semuanya sudah dilakukan karena pikirannya sebatas itu.
Dan, masih banyak lagi akibat negatif dari berpikiran sempit.
Buka Hati Buka Pikiran
Bagai katak dalam tempurung, si katak merasa bahwa dunianya memang seperti itu. Gelap dan sempit. Dia merasa bahwa itulah realitas hidup. Dia tidak sadar kalau dirinya sebenarnya terkungkung oleh sempitnya tempurung. Banyak juga manusia yang merasa hidupnya sudah baik-baik saja. Dia merasa seperti itulah hidup yang sebenarnya. Mereka tidak menyadari bahwa hidup bisa lebih luar dari itu.
Terlepas, apakah Anda merasa Bagai Katak Dalam Tempurung atau tidak, maka Anda tetap harus membuka hati dan pikiran Anda. Seperti yang saya jelaskan di modul Berpikir Diluar Kotak Revolusi Waktu, bahwa sebenarnya kita ada dalam kotak tertentu. Sejauh mana apa yang Anda capai dan miliki saat ini, itu adalah ukuran dari kotak atau batasan yang ada pada diri Anda. Artinya jika Anda ingin memiliki pencapaian yang lebih besar, maka bukalah pikiran Anda.
Bukalah hati. Membuka hati bisa dimulai dengan membersihkan kotoran-kotoran yang ada dalam hati. Mulailah dengan memohon ampun kepada Allah dan memperbanyak ibadah agar hati kita menjadi bening. Terimalah nasihat, apalagi yang datang dari Al Quran dan hadits shahih, meski pun nasihat itu menonjok hati Anda. Jika Anda tidak suka dengan nasihat baik, artinya ada sesuatu dalam hati Anda. Maka mulailah untuk menerima nasihat meski terasa pahit, bukan menolaknya atau mencari pembenaran.
Mudah-mudahan, kita semua terhindar dari orang yang tertutup baik mata hatinya maupun pikirannya. Mudah-mudahan hidup kita tidak Bagai Katak Dalam Tempurung.